Friday, November 02, 2007,11:57 PM
Mengisi Hari-hari

Setiap membuka mataku di pagi hari, aku bersyukur masih bisa hidup hari ini. Menarik nafas sejenak dan mulai berfikir akan rencana aktivitas kuliah, menyelesaian tugas laporan, dll. Waktu berlalu begitu cepat sekali. Matahari yang baru terbit sudah mulai tenggelam. Menandakan hari menjelang malam. Setelah beraktivitas seharian, pegal-pegal di sekujur tubuh mulai terasa. Otak yang terus digunakan mulai lelah. Saatnya menemani kasur yang empuk dan tertidur pulas.

Di kala tubuh mulai kelelahan, rasa sakit pun mulai menggerogoti badan. “Sakit”, iya sakit. Sakit adalah suatu penderitaan yang sering kita rasakan. Beberapa waktu yang lalu, aku sempat drop dalam hal kesehatan. Ketika rasa sakit telah menyerang sel-sel tubuh, hidup serasa tiada makna. Hanya meratap kesakitan yang amat sangat.

Waktu itu, aku sempat dirawat beberapa jam di UGD Boromeus. Aku tergapai lemah di atas ranjang. Ketika itulah, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Ku rasakan dengan penuh kesadaran, setiap kesakitan yang menerjang tubuh. Luar biasa!!!. Rasa sakit memang luar biasa, karna membuat seluruh pikiranku terfokus pada rasa sakit yang ku rasakan.

Tiba-tiba,… terdengar jerit tangis dari salah satu sisi di ruang UGD. Ternyata terdapat pasien yang meninggal dunia. Aku mulai merinding. Dan berfikir sejenak di dalam hati. Hidup manusia cukup singkat. Aku tidak tahu kapan aku harus pergi meninggalkan tubuh ini. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi besok, atau 5 menit lagi. Aku bisa meninggalkan tubuh ini kapan-kapan saja. Aku harus bisa mengisi hari-hariku dengan aktivitas yang berguna. Aku mulai teringat kata-kata Master Cheng Yen, seorang tokoh yang ku kagumi. Master mengatakan ada dua hal di dunia ini yang tidak bisa kita tunda. Berbakti pada orang tua dan berbuat kebajikan. Iya…. Benar. Benar sekali. Teringat pada orang tua, seperti yang dikatakan dalam sutra bakti seorang anak. Budi orangtua sangat luas sekali. Sungguh sulit membalasnya. Aku selalu berdo’a dan berharap agar orangtua ku dapat hidup dengan sehat, damai, bahagia. Berbuat kebajikan selagi masih memiliki kesempatan untuk berbuat kebajikan. Mengisi hari-hari dengan aktivitas yang bermakna adalah suatu berkah tak ternilai. Sedetik demi sedetik yang dilalui akan penuh berarti bila digunakan dengan sebaik-baiknya.

Sekedar sharing pengalaman,…aku melihat sendiri seorang temanku yang menderita demam berdarah. Trombositnya turun hari demi hari. Ia tak berdaya atas kesemuanya. Tubuhnya menjadi terlalu lemah. Sampai-sampai harus di infus dan disuapin ketika makan. Juga dua orang seniorku di Vihara yang meninggal beberapa waktu yang lalu, aku berfikir sejenak. Betapa ini merupakan suatu warning bagi kita untuk menyadari bahwa kita-kita yang masih memiliki kesehatan yang baik, fisik yang masih kuat untuk memanfaatkan setiap waktu yang kita miliki dengan hal-hal yang positif. Tatkala untuk bernafas saja kita memerlukan alat bantu, tatkala kita harus di infus, tatkala kita tergapai lemah,… kita tidak bisa berbuat banyak. Kita hanya akan meratapi kesakitan. Dan ketika waktu untuk meninggalkan tubuh ini telah tiba,… kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Dan kita akan mulai menyesali waktu yang telah kita sia-siakan. Waktu adalah hal yang sangat berharga. Teringat pada kata-kata papaku yang selalu berprinsip, ketika berfikir untuk berbuat, segeralah berbuat. Maksudnya di sini, ketika kita berfikir untuk berbuat kebajikan, lakukanlah segera.

Terlahir menjadi manusia adalah suatu berkah tak ternilai. Berkalpa-kalpa karma baik telah dikumpulkan untuk terlahir menjadi seorang manusia. Dan sekarang karma baik itu telah membuahkan hasil. Akankah kita mensia-siakan nya ?. Waktu yang tersisa tidak banyak lagi. Seperti kata-kata renungan yang pernah ku baca, “Hidup manusia tidak kekal”, Bersumbangsihlah segera di kala masyarakat membutuhkan anda. Lakukanlah segera selama anda masih bisa melakukannya. Sebuah renungan yang cukup bermakna bila ditelusuri dan diresapi secara mendalam.

Labels: ,

 
posted by Vihara Vimala Dharma | Permalink |


0 Comments: