Sunday, October 30, 2005,8:40 PM
Berita Vimala Dharma (BVD)
BVD edisi No. 86/BVD/2005 Oktober 2005



BVD majalah bulanan terbitan PVVD (Persaudaraan Pemuda Vihara Vimala Dharma), Bandung. Terbit hari Minggu, setiap minggu ke-3.



Cara paling mudah masuk ke situs BVD adalah:
masuk dulu ke situs www.vihara.blogspot.com
Dari sana Anda tinggal klik bvd-cyber.

♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


Cover Depan


Happy Kathina 2549 BE




Liputan Introspeksi Artikel Dhamma Quiz Artikel Bebas


♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Daftar Isi

Share With Us ……………………………………
Liputan …………………………………………...
Info VVD………………………………………….
Artikel Dhamma:
Buddha Dhamma dalam Kehidupan Sehari-hari (habis)
Sejarah Buddhisme Tibeten …………….
Seorang Bhiksu Bernama Chen Hua ……
Introspeksi…………………………………………
Serba-serbi :
+ dibalik— ………………………………
What Category You are …………………
Artikel Bebas :
Karma dan Kasta…………….…...……..
1001 …………………..... ……………….
Renungan :
Sebuah Kehidupan yang Berharga…………
Hatiku Sedih Melihat Penderitaan Itu …….
Sepasang Sayap Kecil …………………….
Cerita Bersambung………………………………..
Kaleidoskop……………………………………….
Laporan Keuangan ………………………………..
Ha..Ha..Hi..Hi………………………………………
Renungan Harian (Kura-Kura) …………………….
Puisi…………………………………………………
Happy Birthday …………………………………….
Quiz …………………………………………………


♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


Susunan Redaksi:

Pelindung: Pesamuhan Umat Vimala Dharma

Redaksi:
Pemimpin Redaksi: Hartono
Editor & Lay Outer: Sianny, Hansiu & Lung
Keuangan: Ivana & Yulia
Sirkulasi: Gian & Hengky
Humas: Adel & Danny
Penulis:
Hendry Filcozwei Jan,
Willy Yanto Wijaya,
HWH


♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Kritik, saran, dan tanggapan, serta artikel
yang akan diterbitkan dapat dikirim lewat
kotak DUDU seksi Medkom di VVD,
atau dapat juga dikirim lewat e-mail: redaksibvd@yahoo.com
Friendster: pvvd_bandung@yahoo.com.sg
website: www.bvd-cyber.blogspot.com


♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Redaksi

Namo Sanghyang Adi Buddhaya,
Namo Buddhaya.

Salam sejahtera untuk seluruh pembaca BVD. Selamat hari Kathina 2549 BE. Senang sekali kami dapat menghadirkan BVD ke hadapan pembaca sekalian.

Kita tahu belakangan ini terjadi kejadian yang tidak diharapkan seperti Bom Bali II. Semoga peristiwa serupa tidak terjadi lagi.

Semoga BVD kali ini dapat bermafaat bagi pembaca sekalian. Atau setidaknya dapat mengisi waktu luang pembaca sekalian.

Sadhu... sadhu... sadhu….

♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Share With Us (SWU)

Pertanyaan :
- Cover BVD berwarna donk!
- Artikel Dhamma tolong lebih diperhatikan lagi. Ada beberapa bagian yang bisa membuat orang lain salah persepsi. Misalnya tentang sapi yang bernama Sukahati. Orang yang tidak mengerti akan menganggap bahwa berjudi bukan masalah.

Redaksi:
- Banyak yang memberi masukan untuk masalah cover. Intinya selera tiap orang memang berbeda. Bila ada yang senang dengan kertas cover dengan warna itu-itu saja (merah, biru, kuning, dan hijau), maka ada lagi yang menanyakan bila seandainya cover berwarna selain itu. Edisi lalu, saat cover berwarna putih, banyak yang merasa aneh dan heran. Tapi ada yang justru senang dan mengatakannya bagus. Tentu saja ini hanya variasi saja, supaya para pembaca tidak bosan. Bila segala sesuatunya berjalan lancar, bukan tidak mungkin suatu saat BVD akan tampil full color.

- Terima kasih untuk masukannya. Untuk selanjutnya kami akan lebih teliti lagi.

Selamat membaca!

Ketik SWU pertanyaan, saran, dsb. yang ingin dimuat di BVD <#> nama kota asal. Contoh:
SWU: Kapan jadwal terbit BVD?#Redaksi BVD,Bandung. Kirim SMS ke 0818 619 306 (TIDAK MELAYANI BALASAN SMS).


♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Liputan


By: HWH


Dunia Fantasi


Setiap hari kuliah atau bekerja apa tidak membuat kita bosan? Tentu saja bosan! Tapi untuk apa mengeluh? Yang terbaik adalah mengurangi rasa bosan itu. Bagaimana caranya? Lakukan sesuatu yang jauh berbeda dengan apa yang kita lakukan sehari-hari! Kalau biasanya kita selalu duduk di dalam kelas mendengarkan kuliah para dosen, berkutat dengan tugas-tugas atau setiap hari memeriksa file-file di kantor, maka carilah waktu di mana kita bisa terlepas dari semua itu. Tentunya tidak dengan cara bolos kuliah atau kerja. Itu solusi yang buruk tentu saja.

Seperti yang minggu lalu (16/10) dilakukan para Pemuda-pemudi Vihara Vimala Dharma (PVVD). Berlibur ke Dufan! Kita bisa melupakan segala kejenuhan akibat rutinitas kita. Membiarkan diri kita bersorak gembira tanpa batasan atau aturan dari dosen maupun bos kita. Atau kekangan-kekangan lainnya. Ekspresikan saja diri Anda saat harus menjerit di arena Halilintar (roller coaster). Atau basah-basahan saat ber-Arung Jeram dan ber-Niagara-gara. Siapkan juga diri untuk diputar-putar di atas kicir-kicir.

Total rombongan yang berangkat adalah tiga puluh dua orang, dengan menggunakan bus berplat Z, Cirebon. Susana dalam bus cukup meriah, artinya banyak peserta yang asyik bercanda atau berbincang-bincang. Waktu sekitar dua jam pun terasa cepat sekali berlalu. Dan saat melihat keluar jendela tahu-tahu rombongan sudah sampai. Tiket, kupon makan dan sebagainya segera diurus. Begitu selesai, rombongan segera turun dari bus dan menjelajah daerah sekitar Dufan (saat rombongan tiba, Dufan masih belum buka).


Panas ya! Kata beberapa orang. Sudah pasti! Ini Jakarta, kata yang lainnya. Ya, udara di Jakarta memang gerah. Jelas berbeda dengan Bandung yang lebih sejuk meskipun saat ini Bandung mulai bertambah panas.


Tempat antrian masuk sudah dijejali beberapa pengunjung lain. Udara yang sangat panas sesungguhnya membuat orang malas untuk mengantri. Apalagi gerbang antrian masih belum dibuka. Tapi apa boleh buat, kalau tidak mengantri, kapan masuknya?


Para pengunjung segera berhamburan menuju tempat-tempat yang ingin mereka kunjungi. Rombongan kita sendiri terpecah menjadi dua. Di sini terlihat sekali kalau manusia memang memiliki hasrat dan kepentingan yang berbeda-beda.


“Para pengunjung yang takut akan ketinggian supaya ….” Begitulah sepenggal peringatan yang disampaikan para pengawas arena bermain. Peringatan seperti itu memang bukan isapan jempol. Bagi mereka yang tidak terbiasa, akan mengalami sport jantung yang cukup hebat. Aaaah…!!! Suara teriakan terdengar cukup jelas. Tidak jelas ekspresi wajah kita berubah seperti apa saat itu. Yang jelas, teriaklah agar tidak merasa ngeri atau ketakutan.

Arena bermain seperti bom-bom car menjadi tempat paling disukai rombongan kita. Sekitar lima kali rombongan kita rela mengantri untuk memainkan permainan yang satu ini. Aksi saling tabrak (bukan saling labrak tentunya), terjadi disana-sini. Hasilnya, kenang-kenangan memar di beberapa bagian tubuh dibawa hingga beberapa hari.


Selanjutnya permainan kapal ayun atau Kora-kora. Aneh tapi nyata, penyuka permainan ini lebih banyak rombongan wanita. Teriakan mereka juga lebih nyaring. Semakin kencang teriakan kita semakin kecil rasa takut kita. Jadi, berteriaklah saat Anda merasa ketakutan.

Pemandangan malam hari cukup indah. Kelap-kelip lampu di sekitar Dufan tampak begitu bervariasi dan menarik perhatian. Tapi rombongan kita tidak bisa berlama-lama lagi. Waktunya untuk pulang. Sebelum pulang, rombongan kita sempat menyaksikan tari-tarian dari Amerika Latin dan Eropa yang dipersembahkan sanggar teater Dufan bagi para pengunjungnya.

Akhirnya rombongan kita pulang dan sampai di Bandung sekitar jam sebelas kurang. Para peserta segera pulang ke tempat masing-masing.

Buat Sie. Olah Raga dan Rekreasi, terima kasih untuk jalan-jalan yang menyenangkan seperti ini. Ditunggu jalan-jalan yang berikutnya!

Setelah bekerja sepanjang musim mengumpulkan kekayaan, suatu waktu sisihkanlah sedikit penghasilan Anda untuk memanjakan diri Anda. Sisa berikutnya akan lebih baik lagi bila didanakan. Anda akan gembira jika hasil jerih payah Anda bisa membuat Anda bahagia, membuat orang lain bahagia.


-Huiono-


♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


Info PVVD


Hari Sabtu (08/10) diadakan seminar Formula Kebahagiaan Sejati di hotel Holiday Inn oleh Handaka Vijjananda.


***


Pada hari minggu (16/10), diadakan Dharma Class oleh Shien Tao Fa She di Vihara Vimala Dharma.

***


Pada hari Minggu (23/10) diadakan kebaktian Hari Kathina mulai pukul 09.00 - 12.00 WIB di Vihara Vimala Dharma.



♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Artikel Dharma


Buddha Dharma Dalam Kehidupan Sehari-hari (habis)


Bhikku Vajhiradhammo

Ringkasan edisi-edisi sebelumnya:
Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang pasti menghadapi dan mengalami dua fenomena yang berlawanan. Sebagaimana yang tersirat dalam Catur Arya Satyani, yaitu tentang adanya dukkha yang berarti senang dan susah yang silih berganti dan sulit dipertahankan.


Sang Buddha telah melakukan introspeksi terlebih dahulu dalam dirinya sendiri. Yaitu saat masih sebagai Pangeran Siddharta. Beliau merasakan hidupnya tidak bahagia dan diliputi perubahan-perubahan. Terutama saat beliau melihat empat peristiwa seperti; orang tua, orang sakit, orang mati dan pertapa suci. Lalu saat menjadi pertapa beliau mendengar syair lagu dari sekelompok pengamen, yang membuatnya menyadari bahwa melakukan penyiksaan diri selama bertahun-tahun adalah suatu kekeliruan, sehingga beliau mengambil jalan tengah dan mencapai pencerahan tertinggi.


Untuk memulai introspeksi, maka harus dimulai dari pikiran. “Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin dari segala sesuatu, pikiran adalah pembentuk segala sesuatu. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran murni, maka kebahagiaan akan mengikutinya bagaikan bayang-bayang yang tak pernah meninggalkan bendanya.” (Dhammapada I.2)

Pancasila Buddhis adalah lima arah penting dalam pengendalian diri umat Buddha yang harus dilatihkembangkan. Pancasila juga sering disebut sebagai lima latihan moral/ perbuatan baik. “Sebaiknya seeorang tidak melakukan perbuatan jahat, karena di kemudian hari perbuatan itu akan menyiksa dirinya sendiri. Lebih baik seseorang melakukan perbuatan baik, karena setelah melakukannya dia tidak akan menyesal.” (Dhammapada XXII.314)


Dengan melatih lima Sila Pancasila Buddhis dalam kehidupan sehari-hari, maka kehidupan bahagia yang akan kita peroleh. Pengendalian diri dan kewaspadaan merupakan hal penting dalam menjalani kehidupan ini, sehingga membawa diri kita pada pembebasan sejati. “Jadilah pelita bagi dirimu sendiri. Jadilah pelindung bagi dirimu sendiri. Janganlah meyandarkan dirimu pada perlindungan dari luar. Peganglah teguh Dharma sebagai pelita. Peganglah teguh Dharma sebagai pelindung. Jangan mencari perlindungan di luar dirimu. (Dhammapada II.100)


D. Kesimpulan

Begitu jelasnya Sang Buddha mengajarkan hal-hal yang berkenaan dengan pembenahan dalam diri sendiri. Sebab hanya melalui diri sendirilah seseorang dapat memulai suatu kebahagiaan. Jadi, dalam mengoreksi diri sendiri, mulai dari pikiran, ucapan hingga perbuatan harus dilakukan oleh diri sendiri. Ketiga-tiganya harus seiring, sejalan dan saling mendukung. Bila hanya pikiran tanpa tindakan, maka hanya angan-angan yang melayang-layang. Dan sebaliknya bila tindakan tanpa pikiran yang benar maka perbuatan akan mudah terjerumus ke hal-hal yang salah dan akhirnya diri sendiri maupun orang lain yang menderita.


Oleh karena itu, janganlah kita menyalahkan orang lain. Sebab bila kita menyalahkan orang lain, maka kita telah menanam benih-benih kebencian. Maka itu, introspeksi diri sendiri sangat penting. Dan bila setiap individu telah melakukan pembenahan diri masing-masing, maka sudah tidak akan terjadi permusuhan, karena sudah saling menyadari kekurangan masing-masing.
“Jangan berbuat jahat, tambahkan kebajikan, sucikan hati dan pikiran, inilah inti ajaran Buddha.” (Dhammapada XIV.183)

Untuk membantu seseorang dalam menjalankan hidup sederhana yang benar, terutama sesuai dengan agama Buddha, maka harus memiliki beberapa hal seperti berikut ini:


Memiliki dasar Sila yang sempurna
Memiliki pencaharian yang benar (Samma-ajiva)
Tidak suka menghamburkan kekayaan
Memiliki semangat (Virya) dan suka berdana.


Referensi :
Widya Dhamma Pandita S. 1999, Intisari Agama Buddha. Jakarta, Cetya Vatthu Daya
Pyinnyathita Venerable. 1999, Menuju Keharmonisan Hidup Bermasyarakat, Bandung, Vihara Vimala Dharma.
………………… 1980, Kebahagiaan Dalam Dharma, Jakarta, Majelis Buddhayana Indonesia.
K. Wijaya Mukti. 1993, Di atas Kekuasaan dan Kekayaan, Jakarta, Yayasan Dharma Pembangunan.



♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Artikel Dharma


Sejarah Buddhisme Tibetan


Buddhisme diperkenalkan pertama kali sekitar tahun 173, pada masa pemerintahan Raja Lha Thothori Nyantsen. Secara bertahap Budddhisme diasimilasikan, ditanamkan, dan akhirnya terintegrasi ke dalam cara hidup orang Tibet berkat usaha yang dipelopori para raja religius. Raja Song Tsen Gampo menjadi Raja pada usia 13 tahun dan membangun dua buah kuil bernama Rasa Trulnang Tsuglag Kbang dan Ramoche Tsuglag Khang di Lhasa. Beliau mengirim menterinya yang bernama Thonmi Sambhota ke India untuk mempelajari bahasa Sanskerta dan tulisannya. Thonmi Sambhota kemudian menciptakan huruf Tibetan berdasarkan model dari salah satu aksara yang berkembang di India.


Raja Song Tsen Gampo kemudian mengundang Acharya Kumara dan Brahmin Shankara dari India, serta Acharya Shilmanju dari Nepal. Mereka mulai menyebarluaskan dan menerjemahkan ajaran Buddha, walaupun sang Raja sendiri tidak benar-benar mempelajari doktrin Buddhisme, beliau memberikan instruksi-instruksi ke beberapa orang tertentu, sebagian besar berkaitan dengan ajaran tentang Avalokiteshvara. Selama masa pemerintahan Raja Trisong Deutsen, Buddhisme disebarluaskan dengan semangat yang luar biasa, setelah beliau mengundang Kepala Vihara Shantarakshita dan Acharya Padmasambhava ke Tibet. Mereka mendirikan Vihara Samyen pada tahun 799, yang merupaka Vihara pertama di Tibet. Sangha (perkumpulan para Bhikshu) Tibet mulai terbentuk, ditandai dengan ditahbiskan 7 orang bangsawan sebagai Bhiksu. Pada masa itu terdapat dua jenis Sangha, yaitu mereka yang ditahbiskan sebagai Bhikshu, yang memegang Vinaya, dan praktisi umat awam (Upasaka/Upasika) Pada masa ini juga para cendekiawan Buddhis Tibet dengan penuh semangat menerjemahkan banyak teks-teks Buddhisme, baik Sutra, Shastra (komentar/penjelasan tentang Sutra), maupun teks Tantra, yang berasal dari bahasa Sanskerta, ke dalam bahasa Tibet.

Proses penerjemahan literatur Buddhis ini berlangsung secara besar-besaran, dibantu oleh tidak kurang dari 108 cendekiawan Buddhis India. Mereka juga banyak mendirikan vihara-vihara. Setelah tiga generasi, Raja Tri Ralpachen yang religius mengeluarkan sebuah dekrit bahwa setiap bhikshu harus didukung oleh 7 keluarga. Pada saat itu ribuan vihara dibangun. Beliau juga mengundang banyak guru besar India seperti Acharya Jinamitra, Acharya Surendrabodhi, dan Acharya Danashila. Para guru besar India ini bersama dengan penerjemah Tibetan, Yeshede dan lainnya, merevisi dan melakukan standarisasi terhadap terjemahan awal literatur Buddhisme, berdasarkan terminologi/ istilah yang telah disempurnakan. Dengan ini, ajaran Buddha tersebar luas dengan pesat di seluruh Tibet. Sayangnya, periode keemasan ini, yang dikenal dengan era Raja Religius Tibet, segera berakhir. Pengganti Ralpachen, Raja Lang Darma, tidak memberikan dukungan kepada Buddhisme. Vihara-vihara ‘dikosongkan’ dan para bhikshu dipaksa untuk lepas jubah, dan kebanyakan dipaksa untuk masuk militer. Bersamaan dengan kerajaan Tibet terpecah belah, kebudayaan Buddhisme Tibetan memasuki jaman kegelapan Meskipun demikian, pada masa Mar Shakya Yeshi, YM Bhiksu Yogejung dan YM Bhikshu Tsang Rabsel, keduanya adalah pemegang silsilah kebhikshuan dari YM Shantarakshita, berhasil kabur ke daerah Domey di sebelah tenggara Tibet. Dengan bantuan dua orang bhikshu Cina, mereka memberikan pentahbisan penuh kepada Lachen Gongpa Rabsel, yang menandai bangkitnya kembali komunitas bhiksu Tibet (Sangha Tibet). Demikian pula dengan datangnya YM Sadhupala dan lainnya ke Ngari (Tibet barat) dan cendekiawan Kashmiri terkenal Shakyahsri, silsilah kebhikshuan menjadi berkembang dan anggota Sangha bertambah banyak. Di antara para bhikshu yang ditahbiskan oleh Gongpa Rabsel, YM Bhikshu Lumey dan lainnya kembali ke bagian sentral Tibet dan membangkitkan kembali Buddhisme di sana, membangun vihara-vihara dan mengajarkan Dharma. Kebangkitan kembali Buddhisme yang paling nyata terjadi di bagian barat Tibet, di mana Lha Lama Yeshe O, mengikuti jejak para raja religius terdahulu, mengirimkan para pemuda Tibet yang terpelajar ke Kashmir.

Pada saat ini Kashmir adalah sebuah pusat belajar Buddhisme yang sedang berkembang pesat. Penerjemah agung, Rinchen Zangpo (958-1055) dan rekannya Legpai Sherab berhasil kembali ke Tibet dan menyebarluaskan Buddha Dharma melalui terjemahan teks-teks, mengajar, dan mendirikan vihara-vihara. Melalui usaha keras dan pengorbanan dari Lha Lama Yeshe O, akhirnya orang Tibet berhasil mengundang guru besar India terkemuka yaitu Lama Atisha ke Tibet. Lama Atisha mereformasi Buddha Dharma yang telah terdegradasi di Tibet dan menghilangkan banyak sekali kesalahpahaman yang ada tentang Buddha Dharma. Beliau menyusun sebuah teks yang terkenal, Cahaya Penerang Jalan Menuju Pencerahan, yang menjadi model untuk semua teks tahapan jalan, atau Lamrim, yang terdapat dalam tradisi Buddhisme Tibetan. Di antara sekian banyak murid YM Atisha, yang menjadi penerusnya adalah YM Dromtonpa. Beliau menghimpun ajaran-ajaran YM Atisha dan mendirikan tradisi Kadam yang menjadi sangat terkenal pada masa itu. Pada masa ini, kontak antara Tibet dan umat Buddhis India terjalin kembali. Pengaruh dari berbagai Guru Besar India menghasilkan berbagai silsilah ajaran. Secara bertahap muncul tiga silsilah utama, yaitu Sakya, Kagyu, dan Gelug. Nyingma diidentifikasi sebagai bentuk Buddhisme yang diperkenalkan sejak kedatangan Guru Padmasambhava ke Tibet.

Bersamaan dengan pengaruh orang-orang Mongolia yang semakin kuat di Tibet, terjalin sebuah hubungan ‘pendeta penyokong’ antara penguasa Mongol dan para Lama Sakya dari Tibet. Konsekuensinya, pada tahun 1253, Kublai Lhan mempersembahkan tiga provinsi Tibet kepada Lama Sakya bernama Drogon Chogyal Phagpa. Para penerus dari Lama ini memerintah Tibet selama 150 tahun. Pada tahun 1358 mereka kehilangan kekuasaaan di tangan Tai Situ Jangchub Gyeltsen. Pemerintahan selanjutnya di bawah silsilah Phagmotrupa berlangsung hingga 1435, diikuti dengan raja-raja Rinpung yang memerintah selama 4 generasi dari 1435 sampai 1565 dan juga tiga raja Tsangpa 1566-1641. Pada peralihan abad ke-16, kekuasaan dan pengaruh kaum Gelugpa telah berkembang dengan pesat. Dalai Lama ketiga, Sonam Gyatso (1543-1588), memperkuat prospek politik Tibet ketika beliau mem-Buddhis-kan kembali orang-orang Mongol. Hal ini adalah hasil dari kunjungan beliau ke Mongolia pada tahun 1578 atas undangan Altan Khan dari Tumet Mongol, yang juga memberikan beliau gelar ‘Dalai Lama’ atau “Samudera Kebijaksanaan.”

Dalai Lama keempat lahir dalam keluarga Mongolian, namun dibawa kembali ke Tibet untuk diberikan pendidikan. Pada tahun 1642, Gushri Kan memberikan kekuasaan spiritual maupun politik Tibet kepada Dalai Lama ke Lima yang Agung, Ngawang Lobsang Gyatso (1617-1682). HH Dalai Lama ke-5 mendirikan Pemerintahan Ganden Phodrang, yang hingga hari ini masih berlangsung di bawah kepemimpinan HH Dalai Lama ke- 14. Pada tahun 1959, karena Agresi Cina ke Tibet, HH Dalai Lama mencari perlindungan (asylum) ke India. Beliau mendirikan pemerintahan di pengasingan untuk mengurus masalah pendidikan, kebudayaan, tempat tinggal, vihara, dan politik Tibet. Dengan cara ini, sebuah langkah yang signifikan dalam mempertahankan kebudayaan Tibet dan Buddhisme Tibet. Council for Religious and Cultural Affairs bertanggung jawab untuk mendukung aktivitas religius dan budaya Tibet dan juga kesejahteraan komunitas vihara (Sangha). Sebelum invasi Cina, terdapat lebih dari 6000 vihara di tiga daerah di Tibet, U-Tsang, Doto, dan Domey. Dari semua ini, hampir tidak ada yang tersisa, dan sebagian besar benar-benar dihancurkan oleh pasukan Cina. Di pengasingan, lebih dari 200 vihara (termasuk untuk para bhikshuni) telah dibangun kembali, yaitu di India, Nepal, dan juga Bhutan. Saat ini terdapat lebih dari 600 pusat Dharma Buddhisme Tibetan di berbagai negara.

Sumber: Dharma Manggala Oktober.


♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


Introspeksi: Untuk membaca Introspeksi edisi ini
dan arsip edisi yang lalu,


♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


Serba-Serbi


+ di balik -


Hendry Filcozwei Jan


Ada hal-hal positif di balik peristiwa negatif, ini bisa menjadi pelajaran berharga. Setidaknya pengalaman (yang sering disebut guru yang paling berharga) untuk masa yang akan datang, agar peristiwa serupa tidak terulang.

Penulis coba menyajikan beberapa cerita “negatif” yang tidak biasa dan menuliskan sisi positif di baliknya. Tulisan ini bukan sebagai pembenaran atas hal “negatif” tersebut, hanya mencoba memotret dan menampilkan realita yang ada. Sekedar buat pengalaman.

Telat tapi lebih cepat
Saat masih kuliah, penulis pernah kost di daerah jalan Bukit Besar, Palembang (daerah kampus Universitas Sriwijaya). Salah seorang teman kost penulis adalah wartawan Sriwijaya Post (koran lokal Palembang). Sebagai sesama peminat dunia jurnalistik, kami sering diskusi. Salah satu cerita beliau adalah koran tempatnya bekerja pernah telat terbit 2 jam sampai ke pembaca. “Wah… jadi kalah dong dari koran lain?” komentar penulis. “Memang kami telat 2 jam, tapi berita yang kami hadirkan lebih cepat 1 hari daripada koran lain” ucapnya sambil tersenyum. “Kok bisa?” tanya penulis.

Seperti biasa, deadline koran pukul 12 malam. Semua naskah sudah beres dan siap naik cetak. Tapi sekitar pukul 23.00 WIB ada peristiwa besar. Penjahat kelas kakap yang selama ini buron tertangkap. Saya langsung telpon kantor, bisa nggak deadline diundur. Saya punya berita besar yang bisa jadi headline, dalam waktu sekitar 1-2 jam beritanya siap di redaksi. Kantor setuju. Saya langsung meliput ke kantor polisi (wawancara kapolsek, memotret) dan siapkan berita. Koran kami memang telat terbit 2 jam, tapi beritanya lebih cepat 1 hari (koran lain baru memuat berita tersebut keesokan harinya). Atau paling cepat, koran sore yang memuat berita tersebut.

“Manfaat” Jam Karet
“Huh… dasar jam karet! Sudah 1 jam kita menunggu, dia baru datang.” Anda pasti sudah sering mendengar keluhan seperti itu.

Tidak banyak yang tahu, di Indonesia pernah diadakan simposium tentang jam karet atas prakarsa Sudomo (mantan pangkopkamtib). Atas prakarsa uniknya (mungkin juga pertama di dunia) ini pula, beliau tercatat di Muri. Demikian yang pernah penulis baca dari buku Kaleidoskopi Kelirumologi-nya Dr. Jaya Suprana.

Sebagian besar peserta sepakat, jam karet hanya menghasilkan hal-hal negatif. Kerjaan terhambat, menyita waktu, pemborosan dana, dan lain-lain. Tapi ternyata, ada hal “positif” dari jam karet ini. Anda tahu? Dalam nada canda, ternyata karena tradisi jam karet di Indonesia inilah, teroris susah membunuh dengan bom waktu! Tradisi jam karet mengacaukan teroris untuk pasang bom waktu. Coba bagi yang tepat waktu, jam 07.00 naik mobil ke kantor, jam 07.30 di jalan ini, jam 08.00 di kantor dan seterusnya. Taruh bom waktu di mobil, tepat jam 07.10 meledak, sang target pasti mati. Tapi kalau yang jam karet, mobil meledak jam 07.10, orangnya masih sarapan atau mungkin masih mandi. Eit… nggak kena… he… he… he…

Tidak dipublikasi, tercatat di Muri
Dalam pengujian rekor Muri akhir-akhir ini, pesertanya selalu membludak. Saat penulis mengajukan rekor menara uang (Agustus 1998), hanya ada 5 calon rekoris (pemegang rekor -red.) termasuk penulis. Pada koran yang terbit keesokan harinya, aksi ke-5 calon rekoris diberitakan.

Berbeda dengan pengujian rekor yang baru-baru ini penulis ikuti (Januari 2005). Ada 31 calon rekoris! Jangan heran bila melihat koran keesokan harinya, hanya beberapa aksi calon rekoris yang diberitakan. Biasanya koran memberitakan yang benar-benar unik (dan terlihat), begitu juga televisi. Andai Anda mengajukan rekor sebagai penulis puisi terbanyak, dan yang lain mengajukan rekor sebagai manusia terberat, manusia tertinggi, manusia terpendek, aksi melipat tubuh dengan variasi terbanyak, rambut terpanjang, dan lain-lain. Hampir bisa dipastikan nama dan foto Anda tidak akan muncul di koran dan TV. Sosok Anda kalah menarik daripada calon rekoris lain. Hal ini pula yang dikeluhkan rekan penulis.

Mengapa harus sedih bila tidak diberitakan? Justru ada nilai positif di balik hal itu. Mengapa? Setiap usulan rekor, harus menunggu 1 bulan dulu. Bila ada klaim dari masyarakat yang punya kemampuan, koleksi, data yang lebih daripada yang Anda usulkan, rekor Anda gugur. Karena tidak diberitakan, maka tidak banyak yang tahu usulan rekor Anda (hanya calon rekoris, keluarganya, dan wartawan yang tahu). Anda baru menulis 100 buah puisi dan semua puisi itu telah dimuat di media massa, lalu mengajukan usulan rekor sebagai rekoris penulis puisi terbanyak. Mungkin banyak penulis puisi dengan prestasi lebih dari 100 puisinya dimuat di media massa, tapi karena usulan rekor Anda tidak diberitakan, mereka tidak tahu. Karena tidak tahu, tidak ada klaim dari masyarakat. Itu artinya Anda akan tercatat sebagai rekoris Muri. So… mengapa harus bersedih?




♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


Artikel Bebas

Karma dan Kasta


By: Willy Yanto Wijaya


Hhheewwh.........., di artikel saya yang berjudul “Benarkah Agama Buddha Lahir karena Sistem Kasta??” yang dimuat di BVD Desember 2004; saya menyatakan akan mengulas lebih jauh tentang sistem kasta. Bulan demi bulan berlalu, akhirnya saya berhasil meneguhkan diri dan mengambil sedikit keluangan waktu untuk memenuhi "janji" saya di atas dan menulis artikel ini.


Kasta atau sistem kasta. Apa yang ada di bayangan Anda ketika mendengar kata ini? Tentu kebanyakan dari Anda akan memandang sistem kasta ini sebagai suatu sistem kuno yang sudah ketinggalan zaman. Tapi, pernahkah Anda berpikir kritis mengapa sistem yang kuno dan usang ini (dalam pandangan Anda saat ini) bisa bertahan sedemikian lamanya di India.........selama ribuan tahun bahkan sampai detik ini!!! Apakah orang-orang India sedemikian bodohnya mau hidup dalam sistem seperti ini?


Logika apa yang dipakai golongan brahmana untuk menopang cengkraman sistem kasta ini dalam alam bawah sadar masyarakat India? Tidak lain pilar utamanya adalah karma!! Kelahiran Anda sekarang tentu akibat dari karma-karma kehidupan Anda yang lalu bukan? Artinya jika Anda terlahir di dalam keluarga kasta rendah seperti budak; itu karena timbunan karma-karma buruk Anda di kelahiran sebelumnya. Atas dasar itulah kasta-kasta rendah sudah selayaknya diperlakukan rendah dan hina sebagai balasan (buah) dari karma-karma buruk yang mereka lakukan pada kehidupan sebelumnya.


Logika inilah yang membuat sistem kasta bertahan sampai dengan hari ini! Para kasta rendah yang meyakini hukum karma ini terpaksa hanya pasrah dan menerima keadaan dan perlakuan buruk terhadap mereka. Bagaimana pandangan Sang Buddha terhadap sistem kasta ini? Sang Buddha mengakui kebenaran tentang adanya hukum karma dan tumimbal lahir akan tetapi Beliau dengan tegas menolak sistem kasta!! (padahal sebelum mencapai ke-Buddha-an, Beliau terlahir di kasta Ksatria yang cukup terhormat). Tapi, Sang Buddha tidak menghiraukan kedudukan kastanya yang tinggi dan tetap menolak sistem kasta. Mengapa? Bukankah logika golongan brahmana di atas cukup masuk akal??


Ini karena setiap makhluk bahkan yang paling rendah sekalipun memiliki Bodhicitta (benih-benih ke-Buddha-an). Ada benih-benih kebajikan yang dapat dilatih dan ditumbuhkan dari dasar batin yang paling mendalam setiap makhluk. Pandangan Sang Buddha telah menembus sekat-sekat duniawi dan melihat potensi Bodhicitta yang indah pada setiap makhluk; Beliau tidak lagi melihat rendah-tinggi, kaya-miskin, cantik-jelek. Semua dilimpahi oleh kelembutan dan kasih sayang, oleh perasaan simpati dan welas asih. Keindahan Bodhicitta inilah yang tidak dapat dilihat oleh mata para brahmana yang tertutupi oleh debu kemelekatan duniawi.


Alasan kedua adalah karena karma bukanlah segalanya. Keadaan kita saat ini tidaklah hanya bergantung pada karma semata. Kondisi dan faktor-faktor kesalingbergantungan juga berkontribusi dalam menentukan keadaan kita saat ini. Bukankah selain Karma Niyama; kita juga mengenal adanya Utu Niyama, Bija Niyama, Citta Niyama dan bahkan Dhamma Niyama!! (silakan Anda cari tahu sendiri arti dari niyama-niyama di atas :) ). Jadi, meskipun penting dan berpengaruh, karma hanyalah salah satu elemen yang mempengaruhi kondisi kita.


Berikutnya, sistem kasta telah menciptakan satu rantai fatalisme. Dengan alasan karma-karma buruk kehidupan sebelumnya, orang-orang yang terlahir di keluarga ber”cap” kasta rendah diperlakukan sangat buruk dan umumnya hidup dalam himpitan kemiskinan, tekanan sosial dan depresi batin yang menyiksa. Akibat tekanan sosial dan batin seperti ini, banyak warga kasta rendah melakukan kriminalitas (seperti pencurian, dsb). Lantas kapan mereka akan bisa keluar dari kasta yang rendah ini? Kondisi hidup yang buruk akan menekan mereka untuk melakukan keburukan dan mereka terlahir lagi dalam keburukan dan seterusnya dst........sampai kapan??


Tambahan pula, kaum brahmana tidak menyadari kebenaran dari Paticcasamuppada (kesalingterkaitan). Bukankah kebutuhan hidup mereka seperti makanan, pakaian, kenyamanan bisa tersedia juga karena adanya kontribusi dari para golongan bawah, para kasta rendahan? Sudah selayaknyalah mereka menghargai dan menghormati para kasta rendahan.


Inilah beberapa alasan mengapa Sang Buddha dengan tegas menolak sistem kasta.


Siraman hangat sang mentari..........

Arakan awan putih baris-berbaris...........

Sepoi angin mengalun lembut........

Terhiasi oleh Bodhicitta segenap makhluk

Marilah kita semua, mulai momen ini juga, mulai saat ini juga, mencoba berlatih dan berlatih, menumbuhkan hati yang bajik.

Mungkin banyak kegagalan ’kan menghadang

Mungkin banyak kesulitan ’kan menerjang

tapi... seraya tersenyum, kita akan mencoba......., dan..... mencoba lagi......

♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Artikel Bebas


I O O I


Hendry Filcozwei Jan *


Angka 1.001 (baca: seribu satu) lazim dipakai untuk menyatakan sesuatu yang jumlahnya sangat banyak, meskipun mungkin jumlahnya tidak sebanyak itu. Ada “Cerita 1.001 Malam”, ada juga sinetron tentang jin yang memplesetkannya menjadi “1.001 Macam”, sebuah TV swasta juga menayangkan sinetron dengan judul “1.001 Cara Menggaet Cowok”, dan masih banyak lagi.

Kita semua sepakat 1.001 sebagai bilangan yang dipakai untuk menyatakan jumlah yang sangat banyak (tanpa mempedulikan jumlah sebenarnya). Jadi tidak perlu protes seandainya Anda membeli buku berjudul “1.001 Jurus Jitu Mencari Jodoh” tapi Anda tidak menemukan 1.001 jurus seperti yang tertulis di sampul buku.

Bulan Oktober adalah bulan bahasa. Ini sedikit catatan ringan penulis tentang penggunaan bahasa Indonesia.

Anda pernah ke Semarang? Anda tentu tahu kawasan Simpang Lima. Tak usah jauh-jauh ke sana, di Bandung juga ada. Namun orang Bandung punya sebutan yang berbeda, Prapatan Lima! Ini jelas penggunaan kata yang tidak tepat. Kata prapatan atau perempatan artinya jalan simpang empat (KBBI, 1997, hal. 262). Mungkin kata “prapatan” sudah terlanjur dianggap sama dengan kata “simpang”? Wah… jangan-jangan di Bandung juga ada prapatan tiga.

Hal seperti inilah yang dipelajari dalam kelirumologi (ilmu yang mempelajari hal-hal yang telah dianggap benar oleh masyarakat umum, tapi sebenarnya itu keliru). Tidak mudah untuk mengubah kebiasaan berbahasa yang sudah terlanjur memasyarakat. Kita menggunakan kata atau kalimat yang benar, justru kita yang dianggap keliru.

Penulis pernah membaca sticker di angkot berisi iklan obat. Di sana tertulis: “Bila tidak terbukti, barang kembali.” Anda tertarik dengan jaminan di iklan tersebut? Hati-hati, di sana tidak ditulis uang Anda akan dikembalikan. Kalau Anda tidak puas, barang boleh dikembalikan (uangnya belum tentu).

Banyak iklan yang bahasanya keliru, atau mungkin sengaja dikelirukan agar terdengar menarik?

Anda tentu pernah melihat iklan undian yang diselenggarakan sebuah bank swasta di televisi. Di akhir iklan seorang anak kecil berujar “400 gitu lho…” Kita lihat di iklan tersebut: awalnya undian itu berhadiah 300 mobil, sekarang 400 mobil. Coba Anda perhatikan kalimatnya “… Jangan heran, hadiah mobilnya tambah 400.”

Padahal seharusnya “… Jangan heran, hadiah mobilnya tambah 100” atau “… Jangan heran, hadiah mobilnya jadi 400.”

Masih dari tayangan di televisi. Anda pernah melihat acara Uang Kaget? Di awal acara, Anda akan melihat Helmy Yahya, sang game master yang juga presenter-nya. Ini sepenggal kalimatnya “… Saya akan berjalan ke mana angin berjalan…” padahal seperti kita ketahui, angin biasanya bertiup atau berhembus, bukan berjalan.

Lain lagi pengalaman penulis. Saat seorang rekan penulis ingin merokok, dia bilang pinjam “bengsin.” Penulis sempat bingung, tapi akhirnya tahu, ternyata korek api (bukan korek api batangan), entah itu berbahan bakar bensin atau gas, di Bandung disebut “bengsin.”

Penulis harap Anda juga tidak protes dengan judul tulisan ini. Jangan protes karena kekeliruan bahasa yang dibahas tidak sampai seribu satu, juga penulisan judul di atas seharusnya “1.001” bukan “1001” (seharusnya ada tanda titik setelah angka 1 yang pertama). Bukan penulis yang keliru, bukan pula editor majalah ini yang keliru. Ini memang sengaja dikelirukan, semua demi menghasilkan angka yang unik, dibaca dari sini atau dari sebelah sana tetap seribu satu!

* Penulis adalah peminat bahasa Indonesia dan kelirumolog, tinggal di Bandung



♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


Artikel Dharma


Seorang Bhiksu Bernama Chen Hua


Sangha adalah salah satu tiang utama Buddhadharma. Itulah sebabnya, di dalam berlindung kepada Trisarana, yang melambangkan kesediaan kita bernaung di dalam Buddhadharma, kita juga menyatakan berlindung kepada Sangha.


Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa begitu Sangha musnah maka Buddhadharma juga akan terancam lenyap. Umat awam jelas membutuhkan Sangha. Yang pertama, [mungkin paling populer] karena umat memerlukan ‘ladang’ tempat menanam sebab [dana] dengan pengharapan untuk mendapatkan akibat [keberuntungan] yang baik di masa depan. Yang kedua, [yang ini mungkin kurang populer] karena Sangha juga [semestinya] berfungsi sebagai ‘model’ spiritual untuk umat awam yang juga benar-benar memiliki keseriusan di dalam usaha spiritual. Model di sini idealnya bukan cuma penjelasan kata-kata di dalam ceramah tetapi juga sikap teladan nyata yang merupakan realisasi dari hasil praktik. Memilih menjalani kehidupan Sangha adalah suatu pilihan pribadi yang luhur dan berat. Dikatakan juga ini memerlukan jodoh! yang dalam [dengan Buddhadharma] dan tidak semua orang memiliki sebab dan kondisi yang begitu suburnya untuk mengambil pilihan yang luhur ini.


Adalah suatu hal yang sulit dibayangkan jika seorang umat awam perumahtangga yang masih sibuk dengan urusan duniawi dapat memiliki kelebihan [spiritual] untuk berbicara sesuatu soal Sangha, apalagi mengkritik Sangha. Tentu sangat jarang juga ditemukan seorang Sangha yang memiliki kesukaan mengkritik orang lain. Ini dapat disebabkan karena memang seorang Sangha yang komit dalam pelatihan biasanya tidak berkepentingan mencari kesalahan orang lain. Yang paling istimewa adalah seorang Sangha yang komit di dalam pelatihan dirinya sendiri dan sekaligus lantang menunjuk kekurangan-kekurangan atau hal-hal yang dirasakan telah mengencerkan praktik Buddhadharma yang sejati.


Sungguh beruntung, kita masih dapat menemukan ini - di jaman yang katanya jaman akhir Dharma ini – pada seorang Bhiksu yang bernama Chen Hua. Bhiksu Chen Hua adalah seorang Bhiksu dari daratan Cina yang akhirnya hijrah ke Taiwan. Beliau adalah Bhiksu sepuh yang juga mengalami masa-masa sulit Buddhadharma di Cina di masa-masa tahun empat puluhan - enam puluhan. Informasi terakhir yang dimiliki oleh penulis, walaupun sudah berusia delapan puluh tahun lebih, beliau sekarang ini masih bertugas sebagai staf pendidik di Fu Yen Retreat, Taiwan, sebuah tempat pendidikan dan pelatihan untuk Bhiksuni yang didirikan oleh almarhum Master Yin Shun.


Bhiksu Chen Hua inilah yang menulis sebuah buku yang sangat populer di Taiwan, yang juga sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dengan judul ‘Dalam Pencarian Dharma’ (In Search of The Dharma). Kekuatan dari penuturan Bhiksu Chen Hua adalah bahasanya yang lugas, penuh humor dan yang paling penting, penuh dengan kejujuran, yang sepenuhnya merefleksikan dinamika aktual perkembangan spiritual sejak beliau menjadi Bhiksu di Cina Daratan pada usia empat-belas tahun sampai saat-saat usia senja beliau di Taiwan. Di dalamnya tidak ada kisah-kisah keajaiban dan tidak ada juga kisah-kisah spektakuler. Di dalamnya hanya ada sebuah penuturan 9 Oktober 2005, tahun III, No. 26 4 yang penuh dengan realita nyata hidup seorang anak manusia yang berjuang mencari Dharma sebagai seorang Bhiksu, seorang yang sudah menyerahkan seluruh jiwa dan raganya untuk Buddhadharma.


Perjalanan panjang Bhiksu Chen Hua diawali pada saat ia ditahbiskan menjadi Bhiksu pemula karena pertolongan seorang umat yang ingin menyelamatkannya dari kemiskinan. Sudah menjadi rahasia umum di masa itu di daratan China bahwa menjadi Bhiksu adalah salah satu cara untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Walaupun penghidupan di sebuah biara kecil bukanlah sesuatu yang dapat dikatakan ‘nyaman’, paling tidak di biara seseorang akan kecukupan sandang dan pangan, sesuatu yang kadang kewalahan dipenuhi di dalam masyarakat pedesaan yang hidup bahkan di bawah garis kemiskinan. Ini disebutkan beliau sebagai salah satu bagian yang sangat menyedihkan akan kondisi Buddhadharma di Cina daratan pada saat itu.


Tidaklah mengherankan jika Bhiksu-Bhiksu penghuni biara pada saat itu dapat terdiri dari berbagai macam orang dengan berbagai macam latar belakang, dari orang-orang yang benar-benar memiliki motivasi murni dan komit dalam Buddhadharma sampai dengan pebisnis berkedok wajah bijaksana.


Untuk ini, tanpa ragu Bhiksu Chen Hua menyebutkan bahwa biara-biara Buddhis di Cina daratan pada saat itu sebagai tempat bersandingnya ‘ular’ dan ‘naga’. Pada saat menyebut soal ‘ular’ ini, Bhiksu Chen Hua berbicara dengan tanpa tedeng aling-aling, menyingkap semua praktik-praktik yang menurut beliau telah mengikis keseriusan praktik Buddhadharma. Ini terutama dikarenakan kecintaannya yang sangat kepada Buddhadharma dan juga karena karakter beliau yang teguh meletakkan sosok ideal seorang yang telah ‘meninggalkan rumah’ [maksudnya: menjadi anggota Sangha] dan menyerahkan diri untuk Buddhadharma.


Bagi beliau, seorang yang ‘meninggalkan rumah’ berarti sepenuhnya lepas dari motivasi-motivasi duniawi. Sesuai dengan tradisi [Chinese Mahayana], segala kegiatan seorang Bhiksu seharusnya berada dalam kerangka renunsiasi, pelatihan diri dan sekaligus usaha memberi manfaat sebesar-besarnya untuk makhluk lain. Menegaskan lagi warisan tradisi, beliau menyebutkan kerangka ini dapat terwujudkan di dalam empat kegiatan utama seorang Bhiksu: ‘belajar’, ‘meditasi’, ‘bekerja’ dan ‘mengajar’. Kegiatan ‘belajar’ dan ‘meditasi’ ditujukan ke dalam [diri] untuk membangun fondasi untuk ‘bekerja’ dan ‘mengajar’ [keluar] demi manfaat semua makhluk.


Menurut beliau, ‘ular’ adalah mereka-mereka yang telah ‘meninggalkan rumah’ tetapi terlalu sibuk dengan segala urusan di luar empat kegiatan utama yang sudah disebut di atas. Berbicara mengenai kebobrokan dan ‘ular’, ada banyak hal yang telah diceritakan beliau. Yang paling menyedihkan untuk seorang Bhiksu yang serius mencari ‘pengetahuan Dharma’ adalah ketika ia dipaksa [oleh kepala Biara] hanya menjadi mesin penghasil uang di sebuah biara kecil. Dari pagi sampai malam, Bhiksu-Bhiksu dikirim ke berbagai tempat sebagai ‘petugas’ pelaksana ritual kematian.


Tidak ada lagi waktu untuk [hening] bermeditasi atau menekuni Sutra-Sutra dan bila sang Bhiksu muda idealis yang baru bergabung mengajukan protes, ia justru akan ditertawakan oleh Bhiksu-Bhiksu yang lebih senior. Penolakan yang kukuh Bhiksu Chen Hua akan praktik semacam ini menyebabkan beliau mendapatkan olok-olok yang menyakitkan sekaligus kesengsaraan yang berat. Berbeda dengan Bhiksu-Bhiksu sejawat beliau yang ‘sejahtera’ bergelimpangan uang donatur, beliau mengalami kesengsaraan material. Jangankan untuk konsultasi dengan dokter pada saat beliau sakit parah, bahkan untuk naik rickshaw saja beliau tidak mampu. Kebobrokan diwarnai juga dengan diskriminasi dan elitisme.


Dikarenakan Bhiksu Chen Hua berasal dari Utara, beliau mengalami perlakuan tidak adil dari sejawat-sejawat beliau yang berasal dari Selatan. Beberapa kali kesabaran beliau diuji, tetapi didera oleh berbagai kesulitan-kesulitan dan perlakuan tidak senonoh, akhirnya beliau pun meledak juga. Insiden ini dijelaskan dengan detil oleh Bhiksu Chen Hua.


Setiap malam, sebelum tidur Bhiksu Chen Hua selalu menyempatkan diri untuk belajar dan melatih kaligrafi. Ini mengundang ketidakpuasan teman-teman Bhiksu sekamar beliau yang ingin segera tidur sehabis seharian melaksanakan ritual kematian. Kata-kata kasar yang tidak pantas pun dilontarkan oleh mereka kepada Bhiksu Chen Hua, termasuk juga dengan olok-olokan yang merendahkan kedaerahan. Perdebatan sengit pun terjadi. Bhiksu Chen Hua sendiri berhadapan dengan tujuh orang Bhiksu lainnya. Bhiksu Chen Hua menyebut insiden ini sebagai ‘Api kebodohan akhirnya tak tertahankan lagi’. Beliau menampar salah satu dari mereka, yang [mungkin karena terkejut] jatuh ke tempat tidur dan menangis, melolong keras-keras. Sejak itu tidak ada lagi yang berani mengolok-olok beliau. Beliau menyesali perbuatan reaktif ini dan mengakui bahwa beliau bukan seorang Bodhisattva yang bisa ‘mengalami penghinaan seperti minum embun surgawi’


Junarto M. Ifah
[Diadaptasi dari buku ‘In Search of The Dharma: memoirs of a modern chinese buddhist pilgrim by Chen Hua’] Diselesaikan tepat pada malam perayaan hari lahir Bodhisattva Avalokitesvara yang jatuh pada tanggal 24 July 2005 (Bulan 6 Tanggal 19 menurut penanggalan imlek).


Sumber: Dharma Manggala



♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Cerita Bersambung


By: Y L Sammanera Badraprajna



Pendekar Tiga Permata


Bagian I : Menaklukkan Diri Sendiri

Pada tahun 1100 Masehi, di sebelah barat kota Air Bumi kira-kira 30 mil jauhnya, terdapat sebuah desa yang indah yang bernama Desa Maitrisagara. Desa tersebut dipimpin oleh seorang kepala desa yang bernama Kemilau Dharma. Kemilau Dharma sangatlah pintar dan cerdas. Dia banyak memajukan desanya dengan membangun bendungan sawah, mendirikan vihara-vihara, membantu penjualan hasil-hasil bumi ke kota Air Bumi, membantu orang-orang miskin dan masih banyak lagi. Seisi desa hidup penuh kebahagiaan dan cinta kasih.

Kebahagiaan Kemilau Dharma makin bertambah ketika anak pertamanya lahir. Anaknya diberi nama Maitreyabodhi. Maitreyabodhi tumbuh besar menjadi seorang anak yang baik, berbudi dan berbakti. Dia selalu pergi ke vihara, melakukan puja bakti dan menerima ajaran dari guru-guru agama terkemuka.

Pada usia 10 tahun Maitreyabodhi dikirim ke Vihara Pintu Nirwana untuk belajar Dharma, ilmu kungfu, ilmu sastra, ilmu perbintangan dan ilmu ketatanegaraan. Pemimpin kuil tersebut bernama Prajnamaitri. Murid pertamanya bernama Prajnajoti. Dialah yang menjadi pembimbing sekaligus guru dari Maitreyabodhi. Dalam sekejap Maiteryabodhi menjadi sangat pintar dan rajin. Sayangnya ia tumbuh menjadi gendut sekali, perutnya buncit dan sangat besar, wajahnya bulat dan tangan kakinya menjadi besar. Tapi sejalan perkembangan tubuhnya, ilmu dan kebijaksanaannya pun bertambah.

Pada suatu hari setelah sepuluh tahun berlalu ketika Prajnajoti melihat Maitreyabodhi sedang meditasi di bawah pohon apel berbuah lebat, Guru Prajnajoti mendekati dan berkata, “Meditasi dalam batin, membangkitkan ke-Buddha-an, mengendalikan pikiran tapi sungguh sulit melihat Buddha, sungguh sulit merasakan boddhicita. Bukankah lebih baik kita baca doa saja?”

Maitreyabodhi menjawab, “Membaca doa menunjukkan bakti, meditasi menembus pikiran, menghalau segala ketidaktahuan. Ketika ketidaktahuan lenyap maka akan menemukan Buddha. Buddha yang sesungguhnya bukanlah ada dalam doa-doa, bukanlah berada dalam rupang, bukanlah berada dalam upacara-upacara. Tapi Buddha itu bisa ditemukan ketika kita mampu lepas dari semua kemelekatan yang ada. Bukankah Sang Buddha mengajarkan inilah satipattana, landasan kesadaran murni yang merupakan satu-satunya jalan mencapai pembebasan yang sesungguhnya? Dengan jalan inilah aku berlindung pada Buddha”.

Sang guru tersenyum dan bertanya lagi, “Gunung tinggi menjulang, sungai mengalir, awan bergerak, laut bergelombang. Semua fenomena dunia bagaimana menghentikannya?”

Maitreyabodhi menjawab sambil berdiri menghormat. Katanya, “Dunia tanpa batas, hentikan semua fenomena dunia dengan kebijaksanaan, tanpa melihat, mendengar dan mengetahui tapi dengan memahami, mendalami, dan mempraktikkan ajaran Dharma. Dengan inilah aku berlindung pada Dharma.

Sang guru kembali bertanya, “Para guru berkeliaran mencari murid, terikat pada upacara, uang dan kedudukan. Masing-masing membangun istana yang megah, pergi dengan kereta kencana, tapi tidak mempraktikkan Dharma. Dari China sampai India, sungguh sesuatu yang memalukan!”

Maitreyabodhi menanggapi, “Tidak berpegang pada pandangan salah tentang aku dan dia, tapi melihat diri sendiri dengan penuh kesadaran, kewaspadaan dan kebijaksanaan selayaknya seorang Aryasangika, dengan inilah aku berlindung pada Sangha, siwa-siswi Buddha.”

Prajnajoti tersenyum dan berkata, “Kamu adalah muridku yang terbaik. Sekarang pergilah kamu ke gunung tiga corak dan temuilah guru yang penuh cinta kasih yang bernama Vajrapradipa. Mintalah guru agung itu mengajarkanmu “Ilmu penakluk Mara 7 tingkat 108 titik” dan kungfu Arahat tangan delapan”.

Bersambung …..


♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


Serba-Serbi

What Category You are…?


Message:
1) What describes your perfect date?
a) Candlelight dinner for two
b) Amusement park
c) Rollerblading in the park
d) Rock concert
e) See a movie


2) What is your favorite type of music?
a) Rock and Roll
b) Alternative
c) Soft Rock
d) Classical
e) Popular


3) What is your favorite type of movie?
a) Comedy
b) Horror
c) Musical
d) Romance
e) Documentary


4) Which of the following jobs would you choose if you were given only these choices?
a) Waiter/Waitress
b) Sports Player
c) Teacher
d) Policeman
e) Bartender


5) Which would you rather do if you had an hour to waste?
a) Work out
b) Read
c) Watch TV
d) Listen to the radio
e) Sleep


6) Of the following colours, which do you like the best?
a) yellow
b) white
c) sky blue
d) teal
e) red

7) Which one of the following would you like to eat right now?
a) ice cream
b) pizza
c) sushi
d) pasta
e) salad


8) What is your favorite holiday?
a) Halloween
b) Christmas
c) New Year's
d) Valentine's Day
e) Thanksgiving


9) If you could go to any of the following places, which would it be?
a) Paris
b) Spain
c) Las Vegas
d) Hawaii
e) Hollywood


10) Of the following, who would you rather spend time with?
a) Someone who is smart
b) Someone with good looks
c) Someone who is a party animal
d) Someone who has fun all the time
e) Someone who is very emotional
Now total up your points and find your character below:


Q 1) a = 4 b = 2 c = 5 d = 1 e = 3 points
Q 2) a = 2 b = 1 c = 4 d =! 5 e = 3 points
Q 3) a = 2 b = 1 c = 3 d = 4 e = 5 points
Q 4) a = 4 b = 5 c = 3 d = 2 e = 1 point
Q 5) a = 5 b = 4 c = 2 d = 1 e = 3 points
Q 6) a = 1 b = 5 c = 3 d = 2 e = 4 points
Q 7) a = 3 b = 2 c = 1 d = 4 e = 5 points
Q 8) a = 1 b =3 c = 2 d = 4 e = 5 points
Q 9) a = 4 b = 5 c = 1 d = 2 e = 3 points
Q 10) a = 5 b = 2 c = 1 d = 3 e = 4 points


(10-17 points): You are OSCAR.


You are wild and crazy and you know it. You know how to have fun, but you may take it to extremes. You know what you are doing though, and are much in control of your own life. People don't always see things your way, but that doesn't mean that you should do away with your beliefs. Try to remember that y! our wild spirit can lead to hurting yourself and others.


(18-26 points) You are ERNIE.
You are fun, friendly, and popular. You are a real crowd pleaser. You have probably been out on the town your share of times, yet you come home with the values that your mother taught you. Marriage and children are important to you, but only after you have fun. Don't let the people you please influence you to stray.


(27-34 points) You are ELMO.
You are cute, and everyone loves you. You are a best friend that no one takes the chance of losing. You never hurt feelings and seldom have your own feelings hurt. Life is a breeze. You are witty and calm most of the time. Just keep clear of backstabbers, and you are worry free.


(35-42 points) You are ZOE.
You are a lover. Romance, flowers, and wine are all you need to enjoy yourself. You are serious about all commitments. A family person. You call your Mom every Sunday, and never forget a Birthday. Don't let your passion for romance get confused with the real thing.


(43-50 points) You are BERT.
You are smart, a real thinker. Every situation is approached with a plan. You are very healthy in mind and body. You teach strong family values. Keep your feet planted in them, but don't overlook a bad situation when it does happen.

♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


Kaleidoskop


Tgl 8 Oktober, seminar Formula Kebahagiaan Sejati di Hotel Holiday Inn.

Tgl 16 Oktober, Dharma Class Shien Tao Fa She, di Vihara Vimala Dharma.

Tgl 16 Oktober, jalan-jalan ke Dufan.

Tgl 23 Oktober, Perayaan Hari Kathina di Vihara Vimala Dharma.



♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


Ha… ha… hi… hi…


Negative Thinking?

”Ibu”, kata seorang anak, ”Maukah ibu memberikan seribu rupiah kepada saya?”
“Tidak”,jawab Ibunya.
“Kalau ibu berikan saya seribu rupiah, maka saya akan beritahukan kepada Ibu apa yang dikatakan Ayah kepada pembantu ketika ibu sedang pergi kemarin sore.”
Mata sang ibu terbelalak,dibukanya dompet dan diserahkannya uang seribu kepada anaknya.
“Nah, apa yang dikatakan ayahmu Nak?”
Kata Ayah,”Inem, tolong seterika baju saya yang berwarna biru tua ya.”


***


Tukang Bual

Seorang peternak warga amerika membual,” Musim salju kami begitu dingin sehingga kami memasang alat pemanas di bawah tubuh sapi-sapi kami supaya mereka tidak menghasilkan es krim.” Peternak warga Rusia yang diajaknya bicara tidak mau kalah.
“Itu bukan apa-apa! Musim panas kami begitu panas sehingga kami harus mengipasi ayam betina kami supaya mereka tidak menghasilkan telur rebus.”


***

Biar Habis

Seorang pria yang kelaparan masuk ke Pizza Hut. Ia memesan pizza berukuran besar. Pelayan bertanya kepadanya, ”Pizzanya mau dibagi 6 atau 8 Pak?”
Lalu ia berkata, ”Tolong dibagi 6 saja karena rasanya saya tidak mampu menghabiskan 8 potong.”



♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


Renungan Harian

Kura-kura

Ada suatu cerita mengenai kura-kura dan ikan. Kura-kura, seperti yang kita ketahui dapat hidup di darat dan juga di air, sedangkan ikan tinggal di air. Pada suatu hari, ketika kura-kura kembali dari perjalanannya di darat, dia menceritakan tentang pengalamannya di darat kepada si ikan. Dia menjelaskan bahwa segala makhluk hidup di darat berjalan dan tidak ada yang berenang, ada burung-burung yang dapat beterbangan, ada siang dan malam. Lalu setelah si ikan mendengar cerita si kura-kura, ikan tersebut menertawakan cerita si kura-kura dan mengganggap bahwa si kura-kura hanya membual. Si ikan tidah percaya bahwa ada kehidupan yang berbeda dengan yang dialami oleh si ikan, karena si ikan tidak pernah mengalami hal tersebut. Apakah salah pandangan si ikan? Ataukah kebodohan si kura-kura yang menceritakan pengalamannya?



By: 31777”


♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Puisi

By : HWH

Waktu Bersama



Biarkanlah hati ini menari
Mengikuti alunan
Menghapuskan kegelisahan
Menumpahkan segala kegundahan

Ada saat dimana kita sendiri
Saat tak ada yang menemani
Sehingga kita sedih

Terkadang kita bermimpi
Tentang esok hari
Atau suatu hari nanti
Tapi itu tak pasti

Saat yang pasti hanya saat ini
Detik dan menit ini
Di mana kita sadari
Arti bersama ini

Telah lama dinanti
Waktu untuk bersama
Berbagi cerita dan kisah
Suka dan Dukkha

Menumpahkan segala gelisah
Membersihkan luka ….


♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Renungan


Sebuah Kehidupan Yang Berharga


Setiap hari ketika bangun berpikirlah
Hari ini saya beruntung, bisa terbangun,
Masih hidup, memiliki hidup yang berharga ini.
Saya tidak akan menyia-nyiakannya
Saya akan menggunakan segenap tenaga saya
Untuk mengembangkan diri sendiri
Untuk mengembangkan kasih sayang
Untuk mencapai Pencerahan
Demi kepentingan semua makhluk
Saya akan mengembangkan pikiran yang baik
Saya tidak akan mengembangkan pikiran jelek
Saya akan menjadikan diri saya bermanfaat
Semampu yang dapat saya lakukan


♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


Renungan

Hatiku Pedih Melihat Penderitaan itu

Hati yang welas asih adalah tempat yang teduh dan tenang, ia adalah sumber kegembiraan dan kebahagiaan bagi sesama.

Welas asih berarti simpati. Hati yang welas asih dapat memaafkan, sabar, penuh kasih, dan toleransi. Berkah termulia dalam hidup ini adalah bila kita dapat berbagi maaf dan simpati dengan sesama.

Upaya yang tanpa pamrih disebut ‘welas-asih agung’ yang memiliki nilai tak terbatas. Mengerjakan dan melayani dengan sukacita lebih dari sekedar ‘senang berdana.’

Kalimat ‘murah hati berarti membagi kabahagiaan dengan sesama,’ mengajarkan kepada orang kaya untuk memberi dan berdana. Pemberian yang dilakukan dengan dasar welas kasih bersifat membebaskan, membantu si miskin untuk bangkit dari kesusahannya.

Kasih yang murni adalah kebaikan hati bahkan kepada mereka yang tidak memiliki hubungan apa-apa dengan kita ¾ kasih yang memberi kebahagiaan dan membebaskan mereka dari rasa takut.

♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Renungan

Sepasang Sayap Kecil


Hei, pernahkah kukisahkan kepadamu
tentang sepasang sayap kecil yang berusaha untuk terbang?
Di suatu pagi,
sepasang sayap kecil duduk di sebuah hamparan rumput
Memandang birunya langit luas
Ia melihat kagum pada banyaknya kepakan sayap-sayap besar
Yang terbang melanglang awan
Begitu indah dan gagahnya
Sayap-sayap itu menari-nari
Memperlihatkan kepakan-kepakan besar mereka
Keesokan harinya,
sepasang sayap kecil itu bermimpi
Untuk menggapai birunya langit
Sambil memperlihatkan betapa cantiknya permainan
terbangnya.

Siang dan malam…
Sepasang sayap kecil itu mencoba dan berusaha
Terbang dan jatuh, terhambat dan terhalang
Mencoba terus tak pernah menyerah
Dan suatu malam…
Sepasang sayap kecil itu berkata:
“Sayap yang kupunya ini sangatlah kecil untuk bisa terbang
menggapai birunya langit
tapi aku mempunyai mimpi yang sangat besar
yang menggedor setiap helai buluku
untuk tetap berusaha terbang
walau sakitnya jatuh-jatuhku tak tertahankan.”
Itulah kisahku…
Kisah sepasang sayap kecil yang berusaha untuk terbang
Dan tunggulah…
Suatu saat kau akan melihat sepasang sayap kecil
Terbang dengan indah di birunya langit.
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Ultah

Selamat Ulang Tahun kepada rekan-rekan se-Dhamma
yang berulang tahun di bulan November 2005:
Happy Birthday for You, Wish You Happy Always

November :

Lusi 3
Novi Liliana 6
Heri Setiawan 8
Hanry S. 8
Krismanto 8
Ira 8
Sukanto 9
Oscar 12
Listya 12
Michel Phataviria 14
Edy Wijaya 14
Sien Nie 17
Hartono 19
Hendry 19
Hendra 19
Rumin 19
A. Yeni Wijaya 20
Alfian 21
Wendy Thamrin 21
Robin 21
Herman 27
Fandi 27
Meilina 28
Nenly 29
Rudi Hoya 29
Boyke W.S. 30
Lianawati 30
Yuliana 30

♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Pertanyaan Quiz untuk BVD edisi 86, November 2005
Monthly Quiz :
Tanggal berapa hari Kathina dirayakan di Vihara Vimala Dharma tahun ini?

Cara menjawab MQ:
ketik MQ BVDAgustus_jawaban_nama_kota asal.

Jawaban dikirim ke 0818 619 306,
jawaban paling lama diterima redaksi tgl 22 November 2005.
Pemenang akan diumumkan pada edisi bulan depan.

Mulai edisi September 2005,
ada tambahan 3 hadiah bagi peserta MQ
3 (tiga) orang yang beruntung,
berkesempatan menyampaikan
salam, ucapan atau iklan pribadi di
www.hfj-intro.blogspot.com (Antar Kita)

Pemenang untuk salam, ucapan atau iklan pribadi MQ
akan mendapat pemberitahuan via SMS dari
HP No. 0818 619 306 (nomor tempat Anda mengirim jawaban Quiz)

Bila Anda telah mendapat SMS pemberitahuan,
segera kirim ucapan atau iklan Anda ke
0815 604 2526
Tiap pemenang berhak mengirimkan 1 ucapan atau 1 iklan
(panjang maksimal 3 halaman SMS)
Lihat contoh ucapan atau iklan di bawah

Continuous Quiz:
Tanggal berapa Sie. Olah Raga dan Kreasi mengadakan jalan-jalan ke Dufan?
Siapa nama penulis artikel Introspeksi?
Siapa yang membawakan Seminar Formula Kebahagiaan Sejati?

Cara menjawab CQ:
ketik MQ BVDAgustus_jawaban_jawaban_jawaban_nama_kota asal.

Pemenang ditentukan dari akumulasi poin.
Setelah tiga bulan, pengirim quiz yang rutin
(tentunya yang memiliki poin tertinggi)
akan mendapatkan grand prize dari redaksi.
Untuk penghitungan poin, setiap pertanyaan bernilai tiga.
Bila hanya benar satu, poinnya tiga, bila benar dua poinnya enam,
tapi kalau benar ketiga-tiganya, maka poinnya menjadi sepuluh.

NB: Kota asal adalah kota tempat Anda menetap sekarang.
Bila Anda berasal dari Medan,
sekarang kuliah dan menetap di Bandung,
maka kota asal Anda: Bandung.

Cara menjawab Quiz:
Ketik CQ BVDAgustus_jawaban_jawaban_jawaban_nama_kota asal.
Jawaban dikirim ke 0818 619 306,
jawaban diterima redaksi paling lambat tgl 20
setiap bulan berikutnya.

Untuk setiap kategori Quiz (baik MQ maupun CQ),
sebaiknya Anda hanya mengirimkan 1 jawaban.
Jadi 1 kali SMS untuk MQ, 1 kali SMS untuk CQ.
Anda juga boleh mengikuti salah satunya saja.

Apa beda MQ dan CQ?
MQ diundi setiap bulan (tiap BVD terbit ada pemenangnya)
CQ hanya diundi 3 bulan sekali
(bila ada peserta dengan poin tertinggi yang sama).
Kalau hanya Anda yang poinnya paling tinggi,
otomatis Andalah pemenangnya.

Hanya SMS pertama untuk tiap kategori yang dihitung,
SMS kedua dan seterusnya tidak akan menambah poin
ataupun diikutkan pada undian.
Jadi 1 nomor HP hanya berhak dapat 1 nomor undian.
Redaksi tidak akan membalas SMS yang masuk.

Pengumuman pemenang Quiz:
Pemenang MQ BVD edisi 85, September adalah
Nenly
Jawaban yang benar: Lebah (Honey Bee)

Pemenang CQ (edisi 84-86) adalah:
XXX, dengan total akumulasi poin XX.

Hadiah akan dikirim kepada pemenang Quiz yang berada
di luar kota Bandung.
Bagi pemenang dari luar kota Bandung,
harap mengirim SMS berisi alamat lengkap Anda ke 0818 619 306.
Pemenang yang bertempat tinggal di Bandung,
harap mengambil hadiah di kantor redaksi BVD
d/a Vihara Vimala Dharma
Jl. Ir. H. Juanda No. 5 Bandung 40116
setelah kebaktian.


♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Contoh ucapan atau iklan:

♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


Hendry Filcozwei Jan mengucapkan:
Selamat ulang tahun kepada Hendrik Tanoto
Semoga Panjang Umur & Sukses Selalu


♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


Terima les privat semua mata pelajaran.
Guru datang ke rumah, mahasiswa ITB.
Murid bertempat tinggal di daerah Dago, Bandung
Peminat harap hubungi Andre 0815 604 XXXX
(sore 16.00 WIB ke atas)


♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


Ucapan atau iklan tidak mengandung unsur SARA dan porno


♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Ikuti “Buddha Wacana”
di Radio Mei Sen (Bandung Suara Indah) di 92,1 FM
Setiap Rabu pukul 18.00 WIB

Majelis Buddhayana Prov. Jawa Barat

♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Jadwal Kegiatan di Vihara Vimala Dharma, Bandung

Kebaktian Pemuda: Minggu, pukul 08.00 WIB
Kebaktian Umum: Minggu, pukul 10.00 WIB
Kebaktian Gabungan: tiap Minggu ke-2, Minggu, pukul 09.00 WIB
Kebaktian Taman Putra Vidya Sagara: Minggu pukul 10.00 WIB
Kebaktian Avalokitesvara: Rabu, pukul 07.00 WIB
Kebaktian Tantrayana: Rabu, 16.00 WIB
Kebaktian Mahayana: Jumat (Minggu I), pukul 17.00 WIB
Kebaktian Umum: Jumat, pukul 15.30 WIB
Kebaktian Uposatha: Tgl. 1 & 15 Lunar, pukul 07.00 WIB
Dharma Class: Minggu I (Kamis), pukul 17.00 WIB, Jumat 17.30 WIB
Latihan Meditasi: Senin & Selasa, pukul 18.00 WIB
Kegiatan Vocal Group Vimala Gita: Minggu, pukul 11.00 WIB
Unit Bursa PVVD: Minggu, setelah kebaktian pukul 12.00 WIB
Unit Perpustakaan Dharmaratna: Minggu, pukul 10.00-12.00 WIB
Perayaan Ultah: Minggu II, pukul 11.00 WIB
Unit Kakak Asuh PVVD: Beasiswa untuk adik asuh
Sie Penerbitan PVVD: Menerbitkan buku-buku Buddhis
Kunjungan Kasih & Upacara Duka: Yuliana (0815 618 8707)
Pemberkatan Pernikahan:
Media Komunikasi: Berita Vimala Dharma/ BVD, terbit sebulan sekali
Majalah Dinding Buchigarni, terbit sebulan sekali

Pemuda Vihara Vimala Dharma (PVVD)
Jl. Ir. H. Juanda No. 5 Bandung 40116
Telp. (022) 423 8696
e-mail:
redaksibvd@yahoo.com

♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


11 12 13 14 15 16 17
21 22 23 24 25 26 27
31 32 33 34 35 36 37
41 42 43 44 45 46 47
51 52 53 54 55 56 57
61 62 63 64 65 66 67
71 72 73 74 75 76 77
81 82 83 84 85 86 87
91 92 93 94 95 96 97
01 02 03 04 05 06 07

 
posted by Vihara Vimala Dharma | Permalink | 1 comments