Thursday, December 06, 2007,12:40 AM
Kebahagiaan dalam Kesederhanaan

“Orang suci selalu berbahagia, yang bathinnya telah bebas sepenuhnya, yang tidak dikotori oleh keinginan inderawi. Ia senantiasa tenang dan bebas dari kemelekatan” Samyutta Nikaya I : 212.

Bagi segelintir orang-orang yang masih dibelenggu oleh keduniawian maka apapun yang telah dimiliki, tidaklah akan membuatnya bahagia. Di kondisi ini, jika dia telah memiliki

· Seorang istri yang cantik jelita maka di pikirannya akan timbul keingingan-keinginan, untuk mendapatkan yang kedua, ketiga, keempat dan seterusnya. Dan adakalanya, segala cara akan ditempuh untuk meraihnya. Ini sama ibaratnya dengan “jika cinta (keinginan) ditolak maka dukun pun akan bertindak”.

· Villa atau rumah idaman, ini pun tidak cukup baginya. Baginya, one is not enough dan harus lebih dari satu serta jika dimungkinkan, ada di mana-mana.

·

Perusahaan (harta kekayaan) yang berlimpah ruah, keadaan ini pun tidak cukup baginya. Di pikirannya, selalu tertancap kata-kata yang menjurus ke keduniawian lainnya.

B

erkenaan dengan kondisi-kondisi yang di atas ini, Sang Buddha menyabdakan : “Kebahagiaan dari nafsu kesenangan inderawi dan kebahagiaan dari berkah surgawi, belumlah sama dengan seperenambelas bagian daripada kebahagiaan karena lenyapnya nafsu keinginan”.

Dan didasarkan oleh sabda Sang Buddha ini, maka akan dapat disimpulkan bahwa apapun yang berhasil dimiliki, apakah itu istri/suami yang rupawan, villa idaman, kekayaan atau kekuasaan, jika tidak (bisa) puas maka sampai kapanpun juga, tidak akan bahagia. Dan di kondisi ini, tidak tertutup kemungkinan kemungkinannya bahwa penderitaanlah yang akan lebih dominan dirasakan, sebagai akibat dari ketidakpuasan ini. Jadi, agar terbebaskan dari derita yang tidak seyogyanya dialami dan senantiasa (berhasil) meraih kebahagiaan yang hakiki, maka milikilah sedini mungkin rasa puas akan apapun yang telah dimiliki. Di dalam kitab suci Digha Nikaya III : 224, Sang Buddha menyabdakan bahwa terdapat Ariyavamsa 4 (4 macam praktek mulia), yang mana akan bisa (mampu) menimbulkan rasa puas atas apa yang telah dimiliki. Adapun bagian-bagian dari Ariyavamsa 4 (4 macam praktek mulia) ini adalah:

A. Civara Santosa : puas dengan jubah-jubah apapun yang diperoleh.
Pada hakekatnya, fungsi utama dipakainya pakaian adalah untuk melindungi diri kita dari cuaca/iklim yang kurang bersahabat atau menutupi organ organ tubuh yang tidak sepantasnya ditampilkan (melanggar etika). “Kurus dalam jasmani, sederhana dalam makanan, puas dengan yang sedikit dan tidak terganggu maka angan-angan yang sia-sia akan hilang dan nafsu keinginan mereda. Demikianlah orang yang tiada keinginan akan mencapai Nibbana” Sutta Nipata 707. Dan didasarkan oleh kegunaan dan fungsinya, maka milikilah rasa puas atas pakaian (apapun) yang telah dimiliki.

B. Pindapata Santosa : puas dengan makanan apapun yang dapat diperoleh
A
papun yang dimakan, kenikmatannya hanya akan terasa jika masih berada di dalam mulut atau belum kenyang. Tetapi jika makanan tersebut telah memasuki kerongkongan atau perut sudah kenyang, maka semuanya akan menjadi hambar dan memuakkan. Itulah realitanya. Berkenaan dengan fakta kebenaran ini, maka :

· Makanlah yang sepantasnya dan janganlah sampai kekenyangan.

Janganlah melekat atau (sampai) lupa diri akan apa yang dimakan.

Maknanya adalah makanlah yang sesuai dengan kebutuhan serta tidak mempengaruhi atau merusak kondisi batin, misalnya dengan menghindari meminum/memakan makanan yang mana (bisa) menyebabkan hilangnya kesadaran (narkoba). “Upaya untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang buruk yang belum timbul, upaya untuk meninggalkan hal-hal buruk yang telah timbul dalam batin, upaya untuk menimbulkan hal-hal baik yang belum timbul dan upaya untuk memelihara hal-hal baik yang telah timbul; ini adalah empat daya upaya yang diajarkan oleh kerabat Sang Mentari” Anguttara Nikaya II : 17.

C. Senasana Santosa : puas dengan tempat tinggal apapun yang dapat diketemukan
Dalam hal ini (tempat tinggal yang memadai), hanyalah dimanfaatkan pada hal hal yang yang sesuai dengan kegunaan dan fungsinya. Kalau kondisi ini bisa dipenuhi maka rasa puas akan apa yang telah dimiliki akan bisa diraih. Dan di akhir dari ini maka kebahagiaanlah buahnya.

“Dibelenggu oleh nafsu keinginan, diikat untuk bertumimbal lahir; ketat terkungkung oleh pandangan salah, terkekang oleh ketidaktahuan, berpusar kian kemari, demikianlah manusia mengembara dalam Samsara, mati hanya untuk lahir kembali” Anguttara Nikaya II : 10.

D. Bhavanapahanaramata : selalu bergembira (bukan puas) dalam mengembangkan kebaikan dan meninggalkan kejahatan

Tidak mencelakai makhluk hidup, tidak berbohong, tidak mengambil apapun yang diberikan di seluruh dunia, juga tidak menggoda istri pria lain. Dan tidak pernah meminum minuman keras. Ia yang menghentikan lima perbuatan buruk ini dan tidak melakukan hal-hal tersebut adalah benar-benar disebut seorang yang berbudi/bajik” Anguttara Nikaya III : 205-206.

Di dalam konsep Buddhis, ditegaskan bahwa perbuatan apapun yang diperbuat, itulah yang nantinya menentukan corak bahagia tidaknya kehidupan seseorang. Jika seseorang itu, selalu bergembira di dalam penimbunan kebajikan dan enggan (tidak mau) menyemai kejahatan maka kebahagianlah akibatnya. Dan begitu pula sebaliknya, si penimbun kejahatan, pasti akan menderita, baik di kehidupan ini maupun mendatang.

Kesimpulan:
P
uas atas apa yang telah dimiliki, itulah kebahagiaan yang sesungguhnya. Dan oleh karena itu, milikilah sedini mungkin akan rasa puas dengan pasangan , kedudukan, kekayaan yang telah dimiliki.

Sang Buddha menyabdakan : “Kekayaan keyakinan dan kekayaan ‘sila : moral’, kekayaan hati nurani (malu berbuat jahat), takut akan celaan, kekayaan berpengetahuan dan juga kedermawanan serta yang ke-tujuh; kekayaan kebijaksanaan. Mereka yang memiliki tujuh kekayaan sejati ini, apakah mereka wanita atau pria, tidaklah miskin atau papa, tidak pula kehidupan mereka telah dijalani dengan sia-sia.” Semoga dengan dimilikinya sifat mulia yang puas atas apa yang telah dimiliki, hendaknya kehadiran kita senantiasa bermanfaat bagi kedamaian, ketentraman dan kebahagiaan semua makhluk hidup!

Labels:

 
posted by Vihara Vimala Dharma | Permalink | 0 comments
,12:36 AM

Hmmm… hujan lagi. Bagian dapur dan ruang makan bocor lagi. Air yang masuk dari asbes yang bocor tidak banyak, namun membuat lantai jadi licin dan lama-lama kayu penyangga asbes akan lapuk.

Agar tidak makin parah, tentu harus diperbaiki. Maka dicarilah tukang yang bisa memperbaiki. Sambil menyelam, minum air. Bukan hanya memperbaiki bagian yang bocor, sekalian saja dibeton dan di atasnya dibuat 2 kamar kecil. Persiapan untuk si kecil yang mulai harus tidur terpisah. Hal ini sudah lama dipikirkan, namun terbentur biaya.

Penulis rasa inilah saat yang tepat. Maka mulailah menghubungi tukang. Bicara soal upah tukang, ada 2 pilihan yang ditawarkan. Pertama, upah harian, kedua upah borongan. Sama dengan hal-hal lain di dunia, selalu ada plus minus pada setiap pilihan.

Pilih upah harian: kerjanya rapi, tapi lambat. Upah borongan: cepat selesai tapi hasil tidak bagus. Solusinya? Pilih salah satu tetapi kerja tukang harus dikontrol (baca: kita beri arahan). Kita yang harus aktif memberi instruksi dan komplain bila ada hasil kerjanya yang tidak sesuai.

Inilah yang selalu terjadi di dunia. Ada 2 hal yang bertolak belakang: suka duka, miskin kaya, hujan panas, dan lain-lain. Hal umum yang terjadi dan kembali terlintas di pikiran penulis kala hujan turun setiap sore.

Bukan saja realita 2 hal bertolak belakang tadi yang kembali “diingatkan” oleh turunnya hujan. Juga realita bahwa di dunia ini, tidak ada yang kekal (anicca), dan realita bahwa manusia selalu butuh kontrol.

Kayu yang terkena tetesan air akan lapuk, tubuh kita juga mengalami hal yang sama. Juga soal kontrol. Pemerintah harus dikontrol oleh masyarakat, karyawan butuh kontrol atasan, kita juga perlu diingatkan sahabat kita agar tetap berada di jalur. Tanpa kontrol, sering kali kita keluar jalur, kebablasan.

Labels: ,

 
posted by Vihara Vimala Dharma | Permalink | 1 comments
Wednesday, December 05, 2007,12:34 AM
Liputan Hari Kathina

Hari minggu tanggal 28 oktober, VVD mengadakan acara Puja Bakti Kathina 2551 BE 2007 yang dimulai pada pukul 09.00 pagi. Para tamu yang datang disambut para usher yang dengan ramah dan penuh senyum mengantar ke tempat kebaktian, serta membantu para orang tua menempati posisinya. Jumlah peserta kebaktian yang hadir sangat banyak dan sangat menyenangkan seramai ini kebaktian bersama-sama.

Dengan Kevin Tanadi dan Susan sebagai MC, maka dimulailah acara Kebaktian Kathina. Sebelumnya, seperti biasa para peserta kebaktian diingatkan untuk mengisi tempat di depan terlebih dahulu, bagi peserta yang membawa handphone untuk menon-aktifkan atau mensilentkan handphonenya selama acara puja bakti berlangsung, dan agar peserta tidak meletakkan buku kebaktian di lantai.

Para anggota Sangha memasuki ruangan baktisala. Para pesertapun berdiri dan memberikan penghormatan. Setelah anggota Sangha menempati posisi, pemimpin kebaktian menyalakan lilin dan dupa, dilanjutkan penyalaan lilin panca warna oleh anggota Sangha. Lilin panca warna melambangkan: biru berarti bakti, kuning berarti kebijaksanaan, merah berarti cinta kasih, putih berarti kesucian dan jingga berarti semangat.

Kebaktian dimulai dengan pemanjatan Namaskara Gatha. Kemudian persembahan (puja) untuk anggota Sangha yang dipersembahkan oleh perwakilan dari Persamuhan umat VVD, anggota MBI, WBI, PVVD, GABI, dll. Selanjutnya permohonan tuntunan tisarana dan pancasila kepada anggota sangha. Kemudian para peserta memanjatan paritta-paritta Buddhanussati, Dhammanussati, Sanghanussati dan Pattumodana. Ber-Meditasi sejenak dan akhirnya kita tiba pada acara puncaknya.

Persembahan dana kepada anggota sangha, diiringi oleh vocal grup PVVD. Masing-masing peserta satu per satu melakukan persembahan dana dengan tertib. Acara ini berlangsung sekitar satu setengah jam.

Selanjutnya Dhammadesana oleh anggota Sangha. Pada hari Kathina kita telah mempraktekkan Dhamma. Kemudian pemberkahan air suci dari anggota Sangha, pemanjatan paritta Ettavata, dan anggota Sangha meninggalkan ruangan baktisala. Para peserta berdiri dan memberikan penghormatan.

Acara terakhir adalah acara hiburan yaitu persembahan lagu Buddhis dari Vocal Group PVVD. Selanjutnya saudari Candani mersembahkan lagu Buddhis dari albumnya sendiri. Kemudian para peserta bersama Vocal Group PVVD dan MC menyanyikan Vihara Gita Namaskara. Akhirnya acara kebaktianpun berakhir. Para peserta dipersilahkan mencicipi makanan vegetarian oleh para usher dan setelah makan bersama, para peserta pulang dengan rasa puas.

Labels:

 
posted by Vihara Vimala Dharma | Permalink | 0 comments
Monday, December 03, 2007,12:31 AM
Hidup Sederhana dan Bahagia

Udara kota Bandung memang cukup dingin di malam hari. Hembusan semilirnya angin yang menghempas tubuh kecilku terasa menusuk tulang-tulang. Melihat sejenak ke bulan yang bersinar terang, aku jadi teringat, huis…. ternyata waktu berjalan begitu cepat. Pagi berganti malam. Malam berganti pagi. Merantau jauh-jauh dari Bengkalis menuju kota Bandung untuk melanjutkan studi merupakan suatu pengalaman yang cukup berharga. Sudah hampir 2,5 tahun aku meninggalkan kota tercinta untuk menuntut ilmu, menambah wawasan dan pengalaman hidup di ITB pada khususnya dan di kota Bandung pada umumnya. Aku bertemu dengan banyak sekali teman-teman dari berbagai daerah dengan asal usul pendidikan, kehidupan keluarga, karakteristik, kebudayaan dan kebiasaan yang berbeda-beda. Hal ini membuat aku tertarik sekali untuk menyelaminya. Setiap orang memiliki pola pikir yang cukup unik. Aku senang sekali saling bertukar pendapat, berdiskusi, sharing pengalaman bersama teman-temanku. Selain untuk menambah pengetahuan, mungkin teman-temanku dapat mengingatkanku pada point penting yang mungkin telah kulupakan.

Aku teringat pada suatu sore yang agak senggang. Aku bersama beberapa orang sahabatku sedang mendiskusikan sesuatu yang sedang heboh-hebohnya saat ini yakni kata “Secret”. Pernahkah teman-teman mendengar kaset atau CD mengenai “Secret to be Rich” ?. Di sini dijelaskan tips-tips untuk menjadi orang kaya. Terkait dengan ini, orang sering berpikir dengan menjadi orang kaya maka kita akan bahagia. Aku berdiskusi panjang dengan beberapa sahabatku mengenai 5 hal utama yang akan dilakukan bila menjadi orang kaya. Ada yang mengatakan ingin membeli rumah dan mobil, jalan-jalan ke luar negeri, investasi kos-kosan, membuat sekolah gratis, membantu warga tidak mampu dan lain sebagainya. Seorang temanku dari Padang mengatakan bahwa dengan menjadi orang kaya ia bisa membeli kebahagiaan. Juga ada seorang kalyanamitta(sahabat sejati-red)ku mengatakan bahwa ia tidak perlu sampai 5 hal yang perlu dilakukan. Cukuplah satu hal saja yang akan ia lakukan bila menjadi orang kaya. Ia ingin menggunakan kekayaan yang ia peroleh untuk bekal mencapai keBuddhaan. Lalu ia melanjutkan, seseorang boleh saja habis-habisan mengejar kekayaan tetapi hendaknya tidaklah melekat pada kekayaan tersebut. Aku tertegun sejenak dan mengatakan wah… luar biasa. Kamu sungguh luar biasa dan istimewa.

Mungkin ada orang yang berpikir dengan memiliki rumah yang besar, mobil yang mewah, maka ia akan bahagia. Tetapi ada juga orang yang hidupnya sederhana tapi ia memiliki hati yang damai, dan tenang. Ia menemukan kebahagiaan disana.

Seorang mahasiswa Fisika ( sahabat dekatku ) dari keluarga yang ekonomi baik, pernah mengatakan padaku bahwa ia lebih rela dilahirkan di keluarga yang ekonomi menengah, hidup sederhana, memiliki orangtua yang perhatian dibanding kehidupannya sekarang ini. Ia berasal dari keluarga yang broken home. Sehingga ia selalu merasa tertekan meskipun kebutuhan materi ia berkecukupan bahkan lebih, tetapi ia kehilangan perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya.

Aku pernah membaca karangan seseorang ( lupa namanya ). Ia berbagi pengalaman hidupnya. Dulu saat ia masih belum punya mobil, ia berjuang habis-habisan, bekerja keras untuk bisa membeli mobil. Tapi sayangnya, setelah ia memiliki mobil. Ia pun mengalami kesulitan untuk tidur. Setiap malam ia selalu bangun berkali-kali untuk memeriksa apakah mobilnya masih ada di garasi atau tidak. Ketakutan akan kehilangan mobilnya telah membuat ketenangan batinnya terganggu. Dulu ia dapat tidur dengan nyenyak hingga pagi. Tapi hal ini tidak ia rasakan lagi.

Aku mulai menyimpulkan definisi bahagia bagi setiap orang tidaklah sama. Dengan menjadi orang kaya, orang lebih mudah memenuhi kebutuhan materinya. Lebih mudah untuk membantu orang lain secara materi. Namun, keterikatan pada kekayaan atau materi akan meluruhkan ketenangan dan kebahagiaan. Dengan hidup sederhana orang akan lebih bersyukur ( 感恩) dan berbahagia. ( 快樂 ). Aku sangat kagum sekali dengan kehidupan para Bhikkhu/Bhikkhuni yang hidup bahagia dalam kesederhanaan. Dengan berpakaian jubah, sederhana dalam makanan, mengurangi keterikatan dan kesederhanaan lainnya membuat hati menjadi damai, tenang dan bahagia.

Labels: ,

 
posted by Vihara Vimala Dharma | Permalink | 0 comments
Sunday, December 02, 2007,12:27 AM
Teratai Sarat Makna dan Manfaat

SEBAGAI tanaman air yang populer di berbagai belahan dunia, teratai berfungsi sebagai elemen estetis penataan eksterior. Sosoknya yang anggun memang mampu menambah asri suasana. Keistimewaan lain, teratai atau seroja merupakan tanaman yang banyak menyuntikkan insiprasi pada kaum penyair maupun penggubah lagu. Selebihnya, berbagai bangsa di muka bumi menempatkan tumbuhan air ini dalam posisi sarat nilai.

Penduduk Mesir misalnya, menjadikan seroja sebagai lambang nasionalnya. Sejarah Mesir memang sudah mengenal teratai sejak lama. Dalam astrologi, masyarakat Mesir Kuno menggunakan bentuk teratai sebagai simbol matahari terbit. Mekar dan kuncupnya teratai jadi patokan pergantian siang dan malam. Bangsa Mesir juga mengenal lotus -- jenis lain dari teratai -- sejak 2000 tahun S.M. Lotus yang melambangkan Dewa Nefertem, memberikan kehidupan pada Ra, Dewa Matahari. Menurut kepercayaan, wangi bunga ini merupakan sumber kekuatan Ra. Dewa Osiris yang terbunuh juga dipercaya lahir kembali melalui bunga lotus. Oleh karena itu, bagi masyarakat Mesir, lotus melambangkan kelahiran. Alhasil, relief lotus selalu setia menjadi penghias peti mumi dan makam-makam kuno di Mesir.

Selain itu, teratai atau disebut juga kembang padma memiliki fungsi simbolis dalam agama Hindu, Buddha, maupun kesenian India. Ajaran Buddha menegaskan bahwa proses mekarnya bunga teratai merupakan lambang pencapaian kesempurnaan menuju nirvana. Kuncupnya melambangkan awal usaha dan puncak mekar bunga menjadi tanda tercapainya kesempurnaan. Beberapa perguruan tinggi terkemuka di tanah air juga menggunakan bunga teratai sebagai logo lembaga pendidikannya. Kecantikan teratai pun terukir pada tongkat dan singgasana Syiwa, dewa bertangan empat dalam ajaran Hindu. Singgasana itu bernama padmasana yang datang dari nama "padma" dan "astana" (posisi terbaik dalam memuja). Dalam Hindu, teratai merupakan perlambang kemurnian.

Selebihnya, bunga teratai kerap dijadikan simbol kecantikan fisik wanita. Dalam tradisi India misalnya, sosok wanita ideal adalah padmini yang tangan, kaki, dan wajahnya cantik ibarat bunga padma yang sedang merekah. Mata, terutama pupil, bersinar seperti biji teratai.

Sementara itu, di kalangan masyarakat India, ada kepercayaan bahwa mandi berendam di kolam lotus atau mengonsumsinya dalam keadaan mentah maupun matang bisa menambah kesuburan kaum wanita. Teratai juga lekat dalam legenda dan tradisi masyarakat Cina. Kwan Im, Dewi Welas Asih dan pelindung orang-orang kesulitan biasa tampil dalam singgasana kuntum bunga teratai. Begitu pula He Xiangu, satu-satunya dewi di antara tujuh dewa yang mendiami Fenghai selalu membawa bunga teratai untuk menyembuhkan penyakit.

Lain Cina lain pula kisah dari Yunani. Dalam mitologinya dikenal cerita khasiat minuman bunga teratai yang dipercaya mampu menghilangkan ingatan seseorang. Korban-korban hilang ingatan itu dipaksa bekerja untuk Odysseus sebagai budak.

Disadur oleh Susan

Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com/

Labels: ,

 
posted by Vihara Vimala Dharma | Permalink | 0 comments
Saturday, December 01, 2007,12:32 AM
 
posted by Vihara Vimala Dharma | Permalink | 0 comments
,12:20 AM
BVD Kecil

Labels:

 
posted by Vihara Vimala Dharma | Permalink | 0 comments