Monday, December 03, 2007,12:31 AM
Hidup Sederhana dan Bahagia

Udara kota Bandung memang cukup dingin di malam hari. Hembusan semilirnya angin yang menghempas tubuh kecilku terasa menusuk tulang-tulang. Melihat sejenak ke bulan yang bersinar terang, aku jadi teringat, huis…. ternyata waktu berjalan begitu cepat. Pagi berganti malam. Malam berganti pagi. Merantau jauh-jauh dari Bengkalis menuju kota Bandung untuk melanjutkan studi merupakan suatu pengalaman yang cukup berharga. Sudah hampir 2,5 tahun aku meninggalkan kota tercinta untuk menuntut ilmu, menambah wawasan dan pengalaman hidup di ITB pada khususnya dan di kota Bandung pada umumnya. Aku bertemu dengan banyak sekali teman-teman dari berbagai daerah dengan asal usul pendidikan, kehidupan keluarga, karakteristik, kebudayaan dan kebiasaan yang berbeda-beda. Hal ini membuat aku tertarik sekali untuk menyelaminya. Setiap orang memiliki pola pikir yang cukup unik. Aku senang sekali saling bertukar pendapat, berdiskusi, sharing pengalaman bersama teman-temanku. Selain untuk menambah pengetahuan, mungkin teman-temanku dapat mengingatkanku pada point penting yang mungkin telah kulupakan.

Aku teringat pada suatu sore yang agak senggang. Aku bersama beberapa orang sahabatku sedang mendiskusikan sesuatu yang sedang heboh-hebohnya saat ini yakni kata “Secret”. Pernahkah teman-teman mendengar kaset atau CD mengenai “Secret to be Rich” ?. Di sini dijelaskan tips-tips untuk menjadi orang kaya. Terkait dengan ini, orang sering berpikir dengan menjadi orang kaya maka kita akan bahagia. Aku berdiskusi panjang dengan beberapa sahabatku mengenai 5 hal utama yang akan dilakukan bila menjadi orang kaya. Ada yang mengatakan ingin membeli rumah dan mobil, jalan-jalan ke luar negeri, investasi kos-kosan, membuat sekolah gratis, membantu warga tidak mampu dan lain sebagainya. Seorang temanku dari Padang mengatakan bahwa dengan menjadi orang kaya ia bisa membeli kebahagiaan. Juga ada seorang kalyanamitta(sahabat sejati-red)ku mengatakan bahwa ia tidak perlu sampai 5 hal yang perlu dilakukan. Cukuplah satu hal saja yang akan ia lakukan bila menjadi orang kaya. Ia ingin menggunakan kekayaan yang ia peroleh untuk bekal mencapai keBuddhaan. Lalu ia melanjutkan, seseorang boleh saja habis-habisan mengejar kekayaan tetapi hendaknya tidaklah melekat pada kekayaan tersebut. Aku tertegun sejenak dan mengatakan wah… luar biasa. Kamu sungguh luar biasa dan istimewa.

Mungkin ada orang yang berpikir dengan memiliki rumah yang besar, mobil yang mewah, maka ia akan bahagia. Tetapi ada juga orang yang hidupnya sederhana tapi ia memiliki hati yang damai, dan tenang. Ia menemukan kebahagiaan disana.

Seorang mahasiswa Fisika ( sahabat dekatku ) dari keluarga yang ekonomi baik, pernah mengatakan padaku bahwa ia lebih rela dilahirkan di keluarga yang ekonomi menengah, hidup sederhana, memiliki orangtua yang perhatian dibanding kehidupannya sekarang ini. Ia berasal dari keluarga yang broken home. Sehingga ia selalu merasa tertekan meskipun kebutuhan materi ia berkecukupan bahkan lebih, tetapi ia kehilangan perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya.

Aku pernah membaca karangan seseorang ( lupa namanya ). Ia berbagi pengalaman hidupnya. Dulu saat ia masih belum punya mobil, ia berjuang habis-habisan, bekerja keras untuk bisa membeli mobil. Tapi sayangnya, setelah ia memiliki mobil. Ia pun mengalami kesulitan untuk tidur. Setiap malam ia selalu bangun berkali-kali untuk memeriksa apakah mobilnya masih ada di garasi atau tidak. Ketakutan akan kehilangan mobilnya telah membuat ketenangan batinnya terganggu. Dulu ia dapat tidur dengan nyenyak hingga pagi. Tapi hal ini tidak ia rasakan lagi.

Aku mulai menyimpulkan definisi bahagia bagi setiap orang tidaklah sama. Dengan menjadi orang kaya, orang lebih mudah memenuhi kebutuhan materinya. Lebih mudah untuk membantu orang lain secara materi. Namun, keterikatan pada kekayaan atau materi akan meluruhkan ketenangan dan kebahagiaan. Dengan hidup sederhana orang akan lebih bersyukur ( 感恩) dan berbahagia. ( 快樂 ). Aku sangat kagum sekali dengan kehidupan para Bhikkhu/Bhikkhuni yang hidup bahagia dalam kesederhanaan. Dengan berpakaian jubah, sederhana dalam makanan, mengurangi keterikatan dan kesederhanaan lainnya membuat hati menjadi damai, tenang dan bahagia.

Labels: ,

 
posted by Vihara Vimala Dharma | Permalink |


0 Comments: