Saturday, October 06, 2007,11:48 PM

Dalam artikel motivasi ditulis, bila menemukan sesuatu yang menghalangi jalan kita, harus kita hadapi. Ada batu menutupi jalan, kita melompatinya (mungkin malah jadi batu loncatan), ada penghalang kita singkirkan, ada angin kita jalan terus. Intinya kita pantang menyerah. Jadi kita tidak berhenti sampai di situ atau kita hindari dengan berbalik arah mencari jalan lain (padahal kita sudah berjalan cukup jauh).

Orang pesimis menganggapnya sebagai halangan, orang optimis menganggapnya sebagai tantangan. Sesuatu yang harus ditaklukkan. Begitu kira-kira tulis artikel motivasi tersebut untuk menyemangati kita.

Sesuatu yang terasa jadi sandungan (atau mungkin saingan dalam dunia bisnis), itu justru memacu kita agar melakukan sesuatu yang lebih agar bisa menang atau setidaknya bertahan. Baru-baru ini, di sekitar Kopo dan Cibaduyut (dekat tempat tinggal penulis) ada 4 pom bensin/ SPBU baru. Tampilan SPBU ini tentu lebih bagus daripada yang sebelumnya sudah ada. Setidaknya lebih bersih karena masih baru. Bahkan semua SPBU baru memakai cewek sebagai karyawan untuk melayani pelanggan. Cuma baru dan pelayan cewek daya tariknya? Tidak! Mereka juga mengadakan undian berhadiah. Sesuatu yang tidak pernah dilakukan SPBU lama (terlena karena saingan sedikit, seolah memonopoli).

Sekarang jelas SPBU lama jadi sepi. Satu SPBU tidak tinggal diam. Mereka juga mengadakan undian, bahkan memberi fasilitas lebih. Setiap mobil yang isi bahan bakar, kaca depannya dibersihkan! Bahkan terlihat ada galon (kemungkinan airnya hasil isi ulang), disediakan di sana. Belum jelas untuk apa, tapi kemungkinan untuk sopir angkot yang perlu air minum. Hadirnya SPBU baru bukan akhir segalanya (SPBU lama bangkrut), tapi memacu agar mereka jadi lebih baik. Ini keharusan kalau ingin tetap bertahan atau bahkan memenangi persaingan.

Hal yang sama juga terlintas di benak penulis ketika melihat layang-layang. Kalau benda lain menyerah pada angin (terbawa ke mana arah angin bertiup). Bagi layang-layang, angin justru jadi pendorong untuk “terbang” makin tinggi. Tanpa angin, layang-layang tidak bisa naik. Memang di sini ada peran manusia sebagai pemegang kendali. Tapi intinya, angin mungkin dipandang sebagai “pengganggu” dalam mencapai tujuan. Tugas kita adalah mengatur faktor pengganggu agar tidak mengganggu perjalanan kita. Atau kalau bisa, faktor yang terlihat mengganggu, justru dijadikan pendorong (seperti juga halnya perahu layar/ selancar yang bisa memanfaatkan angin untuk maju).

Tanpa “angin”, SPBU yang sudah lama, makin jelek dan tak terawat. Cat yang sudah pudar tidak dicat ulang, pelayanan tidak ditingkatkan, takaran yang tidak pas tidak diperhatikan, tidak pernah terpikir untuk “mengembalikan” sebagian keuntungan untuk menyenangkan hati konsumen seperti memberikan hadiah agar jadi pelangggan yang loyal. Hidup memang perlu tantangan (saingan) agar kita terus aktif untuk jadi lebih baik/ maju. Dan… bila ingin inspirator, layang-layang bisa jadi contoh.

Labels: ,

 
posted by Vihara Vimala Dharma | Permalink |


0 Comments: